Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Hukum & Peristiwa

‎Mahmudah Mulai Siuman, Tangis Anak Korban Pembunuhan di Mantuil Tak Pernah Padam

Avatar
134
×

‎Mahmudah Mulai Siuman, Tangis Anak Korban Pembunuhan di Mantuil Tak Pernah Padam

Sebarkan artikel ini
Kondisi Mahmudah (18) dalam keadaan terbaring di rumah sakit. (Foto: Tim/Koranbanjar.net)

Di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin, Mahmudah (18) mulai membuka mata.
‎Tubuhnya masih lemah, tapi nyawanya selamat. Ia telah melewati masa kritis setelah mengalami luka tusuk parah di bagian perut.

BANJARMAIN, koranbanjar.net Belati yang menembus hingga usus, kini menyisakan selang untuk buang air besar dan empat kantong darah yang telah mengalir ke tubuhnya.

‎Mahmudah adalah anak dari Mahdelana (48), korban pembunuhan tragis di kawasan Jalan Tembus Mantuil, Basirih Selatan, beberapa hari lalu.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Sang ibu tewas bersimbah darah di rumah sendiri, usai diserang mantan pasangan dekatnya, Samson (50), pria yang pernah diberi tempat dalam lingkaran keluarga.

“Adikku Mulai Sadar, Tapi Kami Hancur”

‎Kabar terkini disampaikan Nurhayati (24), kakak kandung Mahmudah, saat dihubungi via telepon oleh koranbanjar.net, Kamis (3/7/2025), suaranya bergetar, tapi tetap mencoba kuat.

‎ “Alhamdulillah, mata ading (adik) sudah terbuka, ada gerakan sedikit. Tapi masih dirawat intensif di ICU,” katanya lirih.

‎Ia pun menuturkan luka adiknya sangat parah. Usus terburai akibat tusukan belati, dan kini hidupnya tergantung pada selang, darah, dan doa.

Duka yang Tak Bisa Dimaafkan

‎Tak hanya luka fisik yang membekas, luka batin jauh lebih dalam. Nurhayati mengaku tak akan pernah memaafkan perbuatan Samson, orang yang dianggap pernah dekat, namun justru menghancurkan keluarganya.

‎“Kalau bisa dihukum seumur hidup. Saya tidak rela sampai akhir hayat, karena dia sudah membunuh ibu dan melukai adik saya,” tegasnya.

‎Ia juga membantah bahwa pelaku adalah suami dari ibunya.

‎“Mereka memang pernah dekat sekitar setahun, tapi tidak menikah. Bahkan ibu sudah lama memutuskan hubungan,” ungkapnya.

‎Bahkan, sebelum tragedi terjadi, sang ibu dan anak-anaknya berencana menjual rumah peninggalan ayah mereka dan pindah dari lingkungan itu. Namun, takdir berkata lain.

Rumah almarhumah Mahdalena, korban pembunuhan di Jalan Tembus Mantuil Banjarmasin. (Foto: Koranbanjar.net)

Kecemburuan, Amarah, dan Darah

‎Menurut Kapolsek Banjarmasin Selatan, Kompol Christugus Lirens, didampingi Kanit Reskrim Iptu Sudirno, pembunuhan itu dipicu oleh rasa cemburu dan dendam. Pelaku lebih dulu menunggu di depan rumah.

‎Ketika Mahdelana pulang bersama anak dan menantunya, pertengkaran langsung pecah. Dalam hitungan menit, rumah itu berubah menjadi medan kekejaman.

‎Pelaku mencekik dan menusuk korban bertubi-tubi. Luka ditemukan di leher, perut, hingga tangan. Mahmudah, yang berusaha melerai, juga terkena tusukan.

“Samson Baygon” dan Akhir Pelariannya

‎Usai kejadian, Samson melarikan diri. Namun tak lama kemudian, tim gabungan dari Unit Reskrim Polsek Banjarmasin Selatan, Satreskrim Polresta, dan Subdit Jatanras Polda Kalsel berhasil membekuknya.

‎Warga mengenalnya dengan sebutan “Samson Baygon”, karena riwayat depresi pasca perceraian. Tapi julukan itu kini punya makna lebih kelam, bukan sekadar luka masa lalu, melainkan sosok yang tega membunuh.

‎Samson kini ditahan di Polresta Banjarmasin dan dijerat Pasal 340 KUHP junto Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan berencana, serta Pasal 351 ayat 2 dan 3 KUHP terkait penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian.

Tangisan yang Tak Akan Habis

‎Di ujung obrolan, Nurhayati kembali menangis. Suaranya perlahan tenggelam.

‎“Mudah-mudahan almarhumah ibu mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Kami semua masih tidak percaya,” ucapnya, seraya berdoa untuk ketenangan almarhumah ibunya.

‎Rumah yang dulu mereka tinggali bersama ibunya, kini hanya menyisakan kenangan pahit, luka, dan bayangan kekerasan.

Mahmudah, yang kini hidup dengan luka di tubuh dan trauma di jiwa, menjadi saksi paling nyata bahwa cinta yang salah bisa berubah menjadi senjata dan rumah bisa berubah menjadi tempat pembantaian. (yon/bay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh