BANJARBARU, koranbanjar.net – Insiden pengepungan asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, yang terjadi pada Jumat (16/8/2019) lalu, yang kemudian berbuntut pada sejumlah aksi selanjutnya, diakui seorang mahasiswa Banjarmasin asal Papua, Naila Mikhael Wenda, membuatnya merasa sakit hati.
“Kami (mahasiswa Papua) yang ada di Kalsel harus bisa menerima kenyataan ini,” ujarnya kepada koranbanjar.net usai penyambutan mahasiswa baru Papua di Kalsel, Sabtu (31/8/2019), di ruang Aberani Sulaiman, kantor Setdaprov Kalsel, Banjarbaru.
Namun, meski merasa sakit hati, menurutnya, selama berada di Kalsel dirinya tidak pernah mendapatkan tindak rasisme. “Jika dibandingkan dengan daerah lain kami nayaman dan beruntung karena tidak pernah mendapat tindak rasisme di Kalsel,” katanya.
Ke depannya, dia mengharapkan semua pihak bisa saling menghargai dan menghormati.
Di acara yang sama, Kepala Badan Kesbangpol Kalsel Adi Santoso, menambahkan masyarakat harus yakin Kalsel merupakan wilayah yang damai.
“Kalimantan pasti bisa selalu berdampingan antar suku dan agama. Semoga keadaan ini terus membaik walaupun ada kejadian di daerah lain,” ucapnya.
Baca Juga: Cipayung Plus Tanggung Keamanan Mahasiswa Papua Di Kalsel
Senada dengan Adi Santoso, Ketua Ikatan Suku dan Bangsa (Ikasba) Kalsel, Aliansyah Mahadi, mengatakan selama ini pihaknya selalu solid menjaga kerukunan antar suku di Kalsel.
“Di Kalsel ada tiga puluh dua etnis dan kita selalu berkomunikasi rutin dan lancar,” ungkapnya. (ykw/dny)