Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Opini

Mahalnya Biaya Politik, Noorhalis Majid: Jangan Sampai Tasanda Pehumaan

Avatar
307
×

Mahalnya Biaya Politik, Noorhalis Majid: Jangan Sampai Tasanda Pehumaan

Sebarkan artikel ini
Noorhalis Majid, Budayawan Bahasa Banjar. (Foto: Koranbanjar.net)
Noorhalis Majid, Budayawan Bahasa Banjar. (Foto: Koranbanjar.net)

Mahalnya biaya politik menjelang pesta demokrasi Pemilu 2024, Budayawan Bahasa Banjar,  Noorhalis Majid mengingatkan jangan sampai berlebihan hingga sogok sana sini atau istilahnya money politik.

BANJARMASIN, koranbanjar.net – “Kata orang banjar, jangam sampai tesanda pehumaan (tergadaikan sawah), . memaksakan diri memperataruhkan segalanya,”. ujar Noorhalis Majid dalam tulisannya, Rabu (5/7/2023).

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Lanjut kata mantan Ketua Ombusdman Kalsel ini, memang tak ada yang menyangkal, politik pasti memerlukan biaya. Sebab, kalau tidak berbiaya, masyarakat tidak akan percaya,

“Minimal biaya adminsitrasi mengurus syarat-syarat, plus biaya operasional, plus biaya lain-lain tak terbatas, plus, plus, plus,” tuturnya.

Dirinya berpendapat, pribahasa banjar menyindirnya, “jangan sampai tasanda pahumaan”, maksudnya, habis semua dipertaruhkan, hingga warisan dan aset paling berharga.

Kenapa “pahumaan” menjadi ilustrasi? Karena bagi masyarakat agraris, inilah harta paling berharga. Tanah menjadi sumber penghidupan harus digarap untuk makan sepanjang tahun. Modal produksi satu-satunya bagi petani.

“Karena tanah begitu penting, mustahil digadaikan untuk hal tidak perlu. Kecuali pada soal paling prioritas, baru akan dipertaruhkan,” ucapnya.

Namun, bila terlalu ambisius mengejar sesuatu, mungkin saja berani mempertaruhkan segalanya, sampai tak bersisa untuk bertahan hidup.

Termasuk ambisi mengejar jabatan politik, memungkinkan berani mempertaruhkan apa saja yang dimiliki.

Ungkapan ini tentu tidak selalu bermakna negatif. Bisa pula berarti positif,  menggambarkan kesungguhan.

“Karena sangat serius, apapun mampu diberikan dan dipertaruhkan, termasuk yang paling berharga, asal tujuan tercapai,” ungkapnya.

Entah kemudian berhasil atau gagal pasti menjadi pelajaran berharga, bahwa ada pengorbanansangat besar telah dipertaruhkan, karenanya jangan sia-siakan pengorbanan tersebut.

Kalau demi sesuatu yang sangat penting, seperti pendidikan, kesehatan atau keselamatan dan nama baik keluarga, tentu tidak ada masalah bila semuanya dipertaruhkan.

Namun, kalau hanya demi mengejar jabatan dan ambisi politik belum pasti, bahkan belum tentu membawa kebaikan.

“Sebaiknya mesti berhitung lebih lama dan lebih cermat lagi, dari pada tasanda pahumaan,” pungkasnya.

(yon/rth)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh