BANJARBARU, KORANBANJAR.NET – Badan Penanggulangan Bencanan Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel nampaknya harus benar-benar memutar otak. Betapa tidak, total luasan wilayah di Kalsel yang terbakar akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat ini sudah mencapai 3.587 hektare, terhitung dari tanggal 1 Januari hingga 5 Oktober 2018 hari ini.
Angka luas wilayah tersebut membuktikan adanya peningkatan ratusan hektare hutan dan lahan yang terbakar jika dibanding pada luas wilayah Kalsel yang terbakar hingga hari Senin (1/10) kemarin yang masih berjumlah 3.397 hektare.
Saat ditemui koranbanjar.net di kantornya, Jumat (5/10) siang tadi, Kepala BPBD Provinsi Kalsel, Wahyudin, mengatakan, luas wilayah di Kalsel yang terbakar akibat karhutla pada muisim kemarau tahun ini jauh lebih meningkat dibanding luas wilayah yang terbakar pada musim kemarau di tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2.000an hektare. Menurutnya, hal ini dikarenakan musim kemarau yang terjadi di tahun lalu masih kemarau basah.
“Kemarin tahun 2017 itu kemarau basah, cuaca panasnya masih bisa terjadi hujan antara 2 hingga 3 hari sekali. Namun tahun ini, 3 minggu ini masih belum terjadi hujan juga,” ujarnya.
Lebih lanjut Wahyudin menjelaskan, total luas hektare lahan dan hutan dari keselurahan wilayah di Kalsel yang terbakar saat ini kebanyakan berasal dari wilayah Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, dan Kota Banjarbaru.
“Saat ini luas wilayah yang terbakar di Kabupaten Banjar mencapai 812,9 hektare, Kabupaten Tapin 710,65 hektare, dan Banjarbaru mencapai 610 hektare,” jelasnya.
Sedangkan untuk penanganan karhutla secara teknis, Kepala BPBD Kalsel yang akrab disapa Ujud ini menerangkan, karhutla yang terjadi di setiap kabupaten/kota yang ada di Kalsel saat ini, terutamanya menjadi tanggung jawab kabupaten/kota yang bersangkutan, khususnya pihak BPBD setempat masing-masing.
“Jadi sebenarnya penanganan secara teknis untuk di lapangan itu tanggung jawab satgas kabupaten/kota masing-masing. Provinsi hanya membackup saja. Apabila tidak sanggup, baru provinsi (BPBD Kalsel) turun. Seperti wilayah yang tidak terjangkau, provinsi yang kemudian menanganinya dengan mengirim helikopter water boombing,” terangnya. (maf/dny)