Tak Berkategori  

Kisah Inspiratif Owner RG, Putra Qomaluddin AN (2); Mengawali Dengan Perangkat Bekas

Kisah sukses bisnis percetakan dan digital printing Restu Guru yang didirikan Putra Qomaluddin AN, sudah pasti tidak terjadi begitu saja. Ketua BPC Hipmi Kabupaten Banjar ini melakukan tahap demi tahap, bahkan di awal membuka usaha hanya dengan modal laptop, telepon genggam dan melakukan produksi di rumah. Kini bisnisnya menggurita, memiliki berbagai bidang usaha yang tersebar di beberapa kabupaten / kota di Kalimantan Selatan.

DENNY SETIAWAN, Banjarbaru

Qamaluddin menceritakan, saat merintis bisnis percetakan dan digital printing, penerbangan yang direct langsung ke Banjarmasin dari Yogyakarta sangat membantu mempercepat distribusi pengiriman barang yang diorder konsumen.

“Satu hari sudah tiba melalui kerjasama cargo yang saya bangun. Tidak lain berkaitan dengan budget rekanan, ada juga yang minta melalui ekspedisi.  Saya menerima banyak permintaan yang biasanya tidak bisa dilakukan di Banjarmasin, dan waktu kerja yang mepet karena antrian cetak dan proses finishing di Banjarmasin,” katanya.

Dijelaskan, produksi yang dilakukan one post production, dari pembelian kertas, pengantaran ke tempat cetak, potong, finishing laminasi, pond hingga hot print. Sedangkan di Banjarmasin masih jarang sekali proses finishing tersebut, kalau ada pun, antri juga.

“Pasar menjadi menarik, dan nama saya pun mulai dikenal di kalangan pengusaha percetakan di Banjarmasin. Dengan modal laptop dan handphone, saya lakukan pekerjaan dengan menerima e-mail job order dari rekanan di Banjarmasin. Setting file-nya, lalu mengantar ke tempat film dan dilanjutkan pada proses cetak. Koordinasi dengan rekanan via mobile sangat efektif. Selama empat tahun begitu terus hingga sampailah waktunya saya harus pulang ke Banjarmasin, karena telah selesai kuliah di Yogyakarta,” kenangnya.

Menjelang waktu pulang, imbuh kandidat Ketum BPD Hipmi Kalsel ini, penjalinan sistem dia perkuat perkuat dengan post personal “kurir“ produksi di Yogyakarta. Kerjasama ekspedisi, cargo pracetak, finishing diikat kontrak tertulis maupun tidak tertulis. “Alhamdulilah tanggapan vendor di Yogyakarta sangat baik. Mereka mendukung saya dengan pembayaran tunda, pelayanan prioritas dan lainnya. Semakin tinggi niat untuk segera pulang dan memulai segalanya,” ujar Pemilik Café Wadah Kawan ini.

Sejak itu, dia mulai berburu barang-barang atau alat produksi bekas, seperti mesin press bekas, mug, pin, laminating, plotter cutting sticker, dan lainnya. Sampai kepada meja kerja, display. Banyaknya toko barang bekas di Yogyakarta. “Daftar pencarian saya, mudah terpenuhi. Karena di Banjarmasin sulit untuk mendapatkan alat-alat tersebut dengan harga murah. Sekitar satu tahun saya persiapkan, sampai kepada desain tempat, seragam karyawan, dan strategi pemasaran,” paparnya.

Lebih menarik, sampai-sampai dia mendapatkan meja bekas display dan dikirimkan langsung via ekspedisi. Dengan hambatan terbesar setelah lulus kuliah, yaitu “saya tidak berada lagi di Yogyakarta, apakah semua bisa berjalan? (bersambung)