Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Ramadan

Kisah Hikmah; Anak Kecil Memperoleh Karomah Melebihi Syekh Abu Yazid Al Busthami, Air Sumur Naik Sendiri ke Permukaan

Avatar
1183
×

Kisah Hikmah; Anak Kecil Memperoleh Karomah Melebihi Syekh Abu Yazid Al Busthami, Air Sumur Naik Sendiri ke Permukaan

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI - Sumur
ILUSTRASI - Sumur

Sebuah kisah disebutkan Imam Abdul Wahab al-Sya’rani dalam Irsyad al-Mughfilin. Mengutip dari islami.co, suatu ketika Abu Yazid al-Busthami berhenti di sebuah sumur yang tampak sudah lama tak dipakai. Sumur itu persis hanya berupa sumur, tanpa ada tali ataupun timba yang digunakan untuk mengayuh air di dalamnya.

Abu Yazid Al Busthami sangat kehausan. Die lihat di sekeliling sumur tersebut. Tak satupun ia lihat sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengambil air. Sedangkan air yang ada di dasar sumur begitu dalam.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Tak lama kemudian datang gerombolan anak-anak perempuan yang sedang bergerombol. Mereka sepertinya juga sedang haus usai bermain. Abu Yazid al-Busthami hanya mengamati dari kejauhan. “Percuma nak, airnya sangat dalam” gumamnya dalam hati.

Tapi tak lama kemudian, setelah mereka diam sebentar di depan sumur. Air yang ada di dalam sumur tersebut tiba-tiba naik dan luber di permukaan sumurnya. Anak-anak itupun dengan mudah meminum air sumur, tanpa perlu bersusah payah mengambil timba.

Abu Yazid Busthomi hanya melihat kejadian itu dengan penuh keheranan. Bagaimana bisa anak-anak yang begitu polos bisa menaikkan air sumur dalam sekejap mata. Abu Yazid al-Busthami yang dikenal sebagai sufi dan wali besar kala itu pun masih kebingungan.

Ia pun beranjak mendekati anak-anak tersebut. “Apa yang kalian baca tadi, kok airnya tiba-tiba naik?”  “Kami tadi hanya bertawasul, wahai sumur, naiklah air dengan keberkahan Syekh Abu Yazid al-Busthomi,” anak-anak tersebut kompak menjawab dengan lugu.

Mendengar itu, Abu Yazid spontan kaget. “Lah, aku ini Abu Yazid yang kalian tawasuli. Tapi tadi ketika aku di sini, airnya sama sekali tidak mau naik ke atas”.

Anak-anak tersebut kemudian menjawabnya: طاعة البئر لنا إنما هي بصدق اعتقادنا فيك الصلاح , وأنت لا يصح لك ان تعتقد فى نفسك انك صالح  “Dikabulkannya doa berupa naiknya air sumur kepada kami, tak lain merupakan buah dari teguhnya keyakinan kami bahwa anda merupakan wali yang mempunyai banyak kebaikan, sedangkan engkau tak boleh meyakini bahwa diri anda sendiri merupakan orang shalih.”

Demikian, memang ketika hendak berdoa dan bertawasul, seseorang seharusnya sudah dalam keyakinan yang teguh. Juga harus senantiasa berhusnudzon bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya.

Dari cerita tersebut juga sekaligus memberikan penegasan bahwa praktik tawasul memang legal dan sudah banyak terbukti, namun di sisi lain kita juga harus tetap mempunyai keyakinan apapun yang terjadi semuanya atas kehendak Allah Swt, semua usaha dan  campur tangan makhluk tidak lain hanyalah perantara.(koranbanjar.net)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh