Menurut Ketua Harian Kompolnas, Benny J Mamoto, pernyataan Wakapolri terkait penggunaan kata “preman” itu dipelintir oleh beragam pihak, sehingga membuat kegaduhan di beberapa media massa.
JAKARTA, koranbanjar.net – Benny menyatakan, masalah Covid-19 adalah wabah yang harus dihadapi dan musnahkan bersama. Tidak bisa jika hanya masyarakat menyerahkan semuanya ke pemerintah atau aparat.
“Marilah kita mulai dari diri kita, keluarga serta lingkungan kita. Semua kalangan tetap harus membantu menangani pagebluk ini,” ucapnya, Ahad (13/9/2020).
Purnawirawan bintang dua polri ini memaparkan, edukasi menjadi sangat penting karena menyangkut kebiasaan baru yang berkaitan dengan kesehatan.
Ia memandang, ketakpedulian satu atau sekelompok orang atas protokol kesehatan, maka akan berdampak besar dan serius bagi semua. Kerjasama para tokoh dengan pengelola pasar misalnya maupun ke warga biasa, menurutnya sangat penting dan berpengaruh.
Keberadaan tokoh komunitas untuk ikut mengedukasi di lingkungan tersebut. Bila masih ada pelanggaran maka upaya persuasif di kedepankan.
Edukasi yang tepat dengan bahasa yang mudah di mengerti akan menyadarkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi, ujar mantan Deputy Pemberantasan Badan Narkotika Nasional ini.
Menurut Benny, berkaitan dengan pernyataan Wakapolri yang dipelintir, sesungguhnya dimaksudkan sebagai pemberdayaan seluruh elemen masyarakat, termasuk di lingkungan pasar tradisional.
“Masing-masing pasar tradisional memiliki ciri khas sendiri sesuai kearifan lokalnya sehigga pendekatannya perlu disesuaikan. Penggunaan istilah preman justru menyesatkan dan menyinggung perasaan orang yang dituju,” singkat dia. (san/maf)