Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar

Ketika Syekh Abdul Hamid Abulung Dikerangkeng, Bila Waktu Sholat Tiba Muncul ke Permukaan Air

Avatar
4546
×

Ketika Syekh Abdul Hamid Abulung Dikerangkeng, Bila Waktu Sholat Tiba Muncul ke Permukaan Air

Sebarkan artikel ini

Karena mengajarkan paham “wahdatul wujud”, Syekh Abdul Hamid Abulung atau Datu Abulung divonis menjalani hukuman mati oleh Kerajaan Banjar masa itu. Dia dimasukkan dalam kerangkeng besi, kemudian ditenggelamkan ke dasar sungai. Namun, ajaibnya, setiap waktu sholat tiba, kerangkeng besi naik ke permukaan air dan Syekh Abdul Hamid Abulung melaksanakan sholat.

Syekh Abdul Hamid Abulung al-Banjari atau lebih dikenal dengan Datu Abulung merupakan salah satu ulama Banjar yang berpengaruh pada masanya. Ia adalah ulama yang pernah menggemparkan Kalimantan dengan paham Wahdatul Wujud. Ia dihukum mati oleh keputusan Sultan Tahmidillah, atas pertimbangan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang waktu itu menjabat sebagai mufti besar.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Pada masa Kesultanan Banjar diperintah oleh Sultan Tahlilullah, Syekh Abdul Hamid dan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari diberangkatkan Kesultanan Banjar untuk menuntut ilmu dengan biaya kerajaan ke Tanah Suci Mekkah. Namun sepak terjangnya tidak banyak yang mengetahui, karena ia tidak meninggalkan kitab karangan seperti ulama-ulama lainnya.

Syeikh Abdul Hamid Abulung atau Datu Abulung memiliki paham tasawuf Wahdatul Wujud. Pandangan tasawuf yang dianutnya dipengaruhi aliran ittihad Abu Yazid Al-Busthami dan Al-Hallaj yang masuk ke Indonesia melalui Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al-Sumatrani dan Syekh Siti Jenar.

Kesempatan Syekh Abdul Hamid dalam mengembangkan ajaran wujudiyyah mulai mendapatkan sandungan ketika tersiar sampai ke telinga Sultan Tahmidillah dan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari bahwa ajaran yang dibawanya dianggap meresahkan masyarakat.

Makam Syekh Abdul Hamid Abulung di Desa Sungai Batang Seberang, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalsel.
Makam Syekh Abdul Hamid Abulung di Desa Sungai Batang Seberang, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalsel.

Syekh Abdul Hamid dilaporkan mengajari orang-orang bahwa Tidak ada wujud kecuali Allah. Tidak ada Abdul Hamid kecuali Allah; Dialah aku dan akulah Dia.

Syekh Muhammad Arsyad sebagai penganut ajaran Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani Al-Madani guru dari tokoh-tokoh Tarekat Samaniyah Nusantara tidak sepakat dengan pemikiran wujudiyyah-nya Syekh Abdul Hamid dan bahkan menganggapnya musyrik.

Akibat dari pemikirannya, Syekh Abdul Hamid Abulung berakhir hidupnya di tangan para algojo Kesultanan Banjar. Ia dihukum mati atas dasar keputusan Sultan Tahmidillah, atas pertimbangan Syekh Muhammad Arsyad, yang waktu itu menjabat sebagai mufti besar.

Syekh Abdul Hamid Abulung dimakamkan di Kampung Abulung Sungai Batang Martapura. Kemudian Sultan Tahmidullah II yang memerintah periode 1761-1801 membangun Masjid Jami Syekh Abdul Hamid Abulung sebagai bentuk penebusan dosa karena telah memerintahkan para algojo raja untuk mengeksekusi Datu Abulung.(wikipedia.org/sir)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh