KALAU saya menangkap suara akar rumput rencana kenaikan BBM akan sangat memberatkan. Kenaikan BBM biasanya selalu diiringi oleh kenaikan biaya transportasi dan harga bahan pangan.
Selain itu tarif dasar listrik juga terus merangkak dan tarif PDAM juga bersiap naik. Sebagian besar masyarakat sedang menghadapi beban biaya hidup yang semakin berat.
Sementara, saat ini kita sedang tahap pemulihan ekonomi akibat pandemi. Belum sepenuhnya masyarakat siap mendapat beban tambahan karena kenaikan BBM.
Saya sebenarnya lebih senang BBM tidak naik. Tapi juga sadar beban anggaran semakin berat kalau BBM tidak naik. Solusi yang paling baik adalah menaikan bertahap sambil terus memberikan bantuan langsung kepada masyarakat yang terdampak.
Aspek lain yang juga harus dipertimbangkan kalau harga BBM naik adalah kemungkinan terjadinya demo. Kenaikan BBM bisa menjadi pemicu berbagai elemen masyarakat turun ke jalan. Ini bisa menyebabkan instabilitas.
Oleh karena itu harus diantisipasi, misalnya menjaga wilayah masing-masing. Kami di perguruan tinggi bisa melakukan persuasi kepada mahasiswa bahwa kebijakan kenaikan BBM adalah pilihan sulit yang harus diambil demi menjaga kontinuitas pembangunan.
Kalau tidak anggaran bisa jebol dan dampak yang dialami masyarakat justru bisa lebih berat. Tapi memang tidak ada jaminan mereka tidak turun ke jalan, apalagi kalau kemasukan provokator yang sengaja menginginkan instabilitas.
Saya kira kita perlu mengidentifikasi aktor-aktor yang mungkin menjadi dalang dari kerusuhan mungkin terjadi. Mereka harus dilokalisasi agar tidak leluasa melakukan provokasi.
*Rektor Universitas Lambung Mangkurat
