BANJARMASIN, KORANBANJAR.NET – Terkait dengan peristiwa gantung diri Muhammad Anwar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih, Kota Banjarmasin, Jalan Lingkar Selatan, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kamis (19/07/2018) lalu, sekarang motif kejadian itu mulai sedikit terkuak.
Hal ini diungkapkan keluarga korban dalam wawancaranya kepada koranbanjar.net, saat di temui di rumah orang tuanya di Berangas, Komplek Beringin, Kabupaten Batola, Rabu(25/07/2018).
Ayah korban, David Simson(67) bertutur bahwa sebelum kejadian tragis itu menimpa anaknya yakni Sis – demikian Anwar akrab dipanggil, red-, terlihat selalu melamun dan kadang senang menyendiri.
Bukan tanpa sebab di balik tingkahnya yang tidak seperti biasanya tersebut. Penelusuran koranbanjar.net, ternyata ada sesuatu hal yang dipendam dan menjadi beban pikiran semasa korban masih hidup.
Cerita David, sebelumnya korban pernah terlibat suatu perjanjian damai dalam masalah perkelahian dengan pengeroyokan yang dilakukan oleh dua remaja buruh sampah terhadap teman akrabnya yang bernama Muhammad Marzuki atau biasa dipanggil Juki.
Perjanjian itu disaksikan RT setempat dan beberapa teman korban serta buruh yang bekerja di lokasi TPA. Kemudian korban disuruh membayar uang sebesar Rp8 juta sebagai kompensasi atas perjanjian damai perkelahian pengeroyokan yang terjadi pertengahan bulan Juni 2018 itu.
“Saya kira karena uang perdamaian sebesar 8 juta yang dibebankan ke anak saya itu sehingga membuat ia depresi,” tutur David yang baru mengetahui dari informasi RT setempat.
Ketika ditanya lagi, apakah ada hal lain yang menyebabkan korban nekat mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis, David mengatakan kalau anaknya semasa hidup juga banyak memiliki hutang.
Namun masyarakat setempat mengenal korban sebagai orang yang baik, supel dan dermawan.(leo/sir)