BANJARBARU, koranbanjar.net – Sekdaprov Kalsel Abdul Haris Makkie, mengatakan penjualan ayam broiler atau ayam ras dalam beberapa waktu terakhir mengalami penurunan harga hingga Rp 10 ribu per kilogram. Padahal harga pokok produksi (HPP) mencapai Rp 19 per kilogram.
Selain harga anjlok, kelebihan stok produksi ayam broiler juga terjadi hingga mencapai Rp 70 ribu per ekor atau 30 persen dari penyerapan.
“Hal itu menimbulkan kerugian bagi pengusaha perunggasan dan membuat keresahan bagi peternak,” ujarnya, usai Rapat Koordinasi Perunggasan di kantor Disbunak, Banjarbaru, Selasa (27/8/2019).
Untuk mengantisipasinya, dikatakan Abdul Haris, berdasarkan kesimpulan dari rapat koordinasi, Pemprov Kalsel akan melakukan sejumlah upaya jangka pendek dan jangka panjang.
Pada upaya jangka pendek, pemerintah akan mengadakan operasi pasar ayam broiler ukuran 1,5 kg sebanyak 24 ribu ekor dengan harga Rp 25 ribu per ekor. Operasi pasar dilakukan pada 7 titik yang tersebar di wilayah Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Banjar dan Tanah Laut.
Selain itu, pemerintah akan menetapkan harga penjualan ayam broiler senilai Rp 15 ribu per kilogram.
Sedangkan pada upaya jangka panjang, pemerintah akan membentuk tim pengawasan dan tim pengendalian peredaran DOC ayam broiler, mengadakan rapat koordinasi secara berkala dengan PINSAR, rekonsiliasi data pemasukan DOC dengan balai karantina sesuai rekomendasi yang dikeluarkan Disbunnak Kalsel. Terakhir, pemerintah akan menata regulasi perizinan usaha dan tata niaga ayam broiler.
Haris Makkie menyebut sejumlah upaya yang dilakukan merupakan bentuk tanggung jawab dan kepedulian pemerintah. “Karena ini akan berimbas pada perekonomian daerah kita,” katanya.
Dia menambahkan, efektifitas dari upaya yang akan dilakukan sudah dihitung dan merupakan solusi terbaik. (ykw/dny)
