Meski berbagai obat sudah tersedia di apotek bahkan di warung-warung terdekat, namun tak mengurangi semangat kakek ini untuk menjual tanaman obat herbal. Ialah Kakek Saderi (53 tahun) yang kerap melintas Martapura-Banjarbaru dengan sepeda ontelnya membawa berbagai tanaman herbal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Ahmad Laisy, Martapura
Berteduh dari panasnya trik matahari di bawah rindangnya pohon, Kakek Saderi menunggu calon pembelinya. Kadang sambil berdiri, tak jarang juga berjongkok sambil menyandarkan belakang di dinding jika dirasa sudah lelah.
Bagi para pengguna Jalan Tanjung Rema Darat, Martapura, mungkin tidak asing melihat kakek tersebut menjual tanaman obat, tepatnya di seberang Ponpes Tahfidz Darussalam.
Kakek 5 anak 1 cucu ini menceritakan kepada koranbanjar.net, sudah lima tahun dia berjualan tanaman obat secara keliling.
“Tiga tahun jualan di Barabai, Kandangan dan Rantau, dan sudah dua tahun terakhir saya berjualan di Martapura,” tuturnya.
Tak hanya di Martapura, ia juga berjualan hingga ke pasar Cempaka dan pasar di Banjarbaru. Diantara tanaman obat yang ia jual adalah sambiloto, sambung nyawa, bayam habang, binahung, bawang dayak dan lain-lain.
“Tanaman sambiloto bisa meobati 20 macam penyakit, sedangkan bawang dayak bisa meobati batu ginjal,” ungkapnya menjelaskan khasiat tanaman jualannya tersebut.
Terkait penghasilannya selama berjualan tanaman obat, kakek perawakan sedang ini menuturkan uang hasil berjualan tanaman obatnya dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
“Dulu bertani dan beternak bebek, tapi hasilnya habis cuma buat mengembalikan modal dan bayar hutang. sekarang Alhamdulillah, walau masih ada hutang tapi kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi,” ujar pria asal Pangambau Hilir, Haruyan, Hulu Sungai Tengah ini.
Dengan rutinitasnya berjualan tanaman obat, dia mengisahkan uang yang dihasilkan minimal sebesar Rp. 40.000 per hari. Dengan hasil tersebut, dia sudah dapat menghidupi keluarga yang menjadi tanggungannya. (mj-21/dra)