Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
BanjarReligi

Gusti Karima, Permata dari Istana Kesultanan Banjar

Avatar
1366
×

Gusti Karima, Permata dari Istana Kesultanan Banjar

Sebarkan artikel ini

Oleh : Khairi Fuady

Dilansir dari senayanpost.com

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Sebuah negeri yang dijuluki 1001 malam pernah punya cerita yang berlatar kerajaan. Negeri tersebut bernama Baghdad, yang kini masyhur sebagai Ibukota The Republic of Iraq. Epos tersebut bernama ALADDIN. Aladdin adalah seorang pemuda biasa, cerdik, tampan, namun jatuh cinta pada puteri raja. Namanya Jasmine, tepatnya Princess Jasmine. Menarik dan bergoyang bersama Aladdin menikmati alunan manis lagu “The Whole New World”.

Laiknya kehidupan kerajaan, Puteri Jasmine hidup dengan seluruh fasilitas kemegahan dan kebesaran. Di kepalanya tertancap mahkota, dan pada gamisnya terdapat ukiran-ukiran manis dan manik-manik yang menempel. Kemana-mana dikawal ajudan, dan seluruh kebutuhannya dilayani oleh istana. Namun karena ketatnya aturan kerajaan dan kompleksnya rambu-rambu pengamanan, Puteri Jasmine tumbuh menjadi gadis yang jauh dari pergaulan. Ia sulit sekali keluar rumah, menghirup udara segar, dan bersentuhan dengan rakyatnya. Tradisi kerajaan yang feodalistik dan penuh dengan pernak-pernik kebesaran membuat Jasmine berjarak dengan dunianya. Ia megah dalam kesepian, besar dalam kehampaan.

Lain Jasmine, lain Karima. Gusti Dhia Karima nama lengkapnya. Ia adalah puteri Kesultanan Banjar dari Sang Raja Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu’tashim Billaaah, dan Ratu Permaisuri Hajjah Raudhatul Jannah Almu’tashimah Billaah. Ia lahir di Banjarmasin, 24 September 1996. Memulai pendidikan dari SD Muhammadiyah 10 Banjarmasin dan SDN Jawa 2 Martapura, lanjut ke SMPN 1 Banjarbaru, SMAN 26 Tebet Jakarta Selatan, dan S1 ditempuh di FE Universitas Trisakti Jurusan Manajemen. Tepat pada tanggal 7 Mei 2018, ia diwisuda, saat ini sedang menuntut ilmu Strata 2 di kampus yang sama untuk program Manajemen Keuangan.

Puteri raja yang satu ini relatif tertutup dan jauh dari hingar bingar pemberitaan. Ia lahir dan tumbuh seperti warga banjar kebanyakan. Sarapan pagi dengan nasi kuning/ lontong, makan siang soto Banjar, dan terkadang santap malam gangan Paliat, karena Sang Ayah punya darah Kelua, Kabupaten Tabalong. Tak ada fasilitas khusus seperti pengawalan dan protokoler kegiatan. Ia bergaul dengan sahabat-sahabatnya, main “baajakan” di waktu kecil, main logo, dan bahkan kelayangan (layang-layang), manaiki (manjat) pohon salah satu hobi di masa kecilnya. Ia juga gadis sungai, sesekali pagi/sore turun ke “batang”. Batang adalah tempat bagi urang Banjar beraktivitas sungai.

Memang dalam tradisi Kesultanan Banjar, ada yang berbeda dari tradisi kerajaan-kerajaan di banyak tempat. Potret kerajaan yang biasanya kaku dan feodalistik, tak tergambar di Kesultanan Banjar. Jangankan Puteri Raja, bahkan Sang Sultan pun bergaul bebas dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Ia punya singgasana tapi tak harus ia duduki setiap hari. Ia punya mahkota tapi bukan untuk menempel di kepalanya setiap saat. Singgasana dan Mahkota adalah simbol kebesaran. Namun demikian, sehari-hari Sang Raja, Ratu, maupun keluarganya tetap hidup dalam suasana yang egaliter dan setara. Dalam tradisi masyarakat sungai memang antara manusia satu dengan manusia yang lain berhubungan tidak dalam sekat kasta-kasta. Tidak ada hamba dan paduka raja. Yang ada ulun dan pian untuk menghormati yang tua, dan sebutan ading sebagai panggilan sayang pada yang muda.

Kembali pada sosok Karima. Dara cantik penyuka soto dan lapat (lepat) ini punya hobi Travelling. Entah sudah berapa Kota di Nusantara ia jelajahi, dan sudah berapa negeri di Dunia ia kunjungi. Di akun sosial media instagramnya tergambar aktivitasnya dari satu negeri ke negeri lain mancanegara. Dari Merylin Park di Singapura hingga Taj Mahal di India. Menara Eifel di Perancis, London Bridge di Inggris, hingga Disney Land di California. Dan tentu tak lupa, Makkah dan Madinah sebagai destinasi utama umat muslim se-dunia.

Dalam wawancaranya bersama penulis, Karima berujar bahwa ia suka travelling karena senang menikmati indahnya puspa ragam kota-kota di dunia. Ia juga bisa belajar tentang karakteristik penduduk di banyak negara, belajar tentang budayanya, dan tentunya icip-icip kuliner khas setiap negara. Meskipun katanya, “Tetap tak mengalahkan masakan Indonesia”, hahaha. Ia meyakini, dari keragaman sifat dan karakter manusia, tersimpan hikmah yang Tuhan selipkan untuk ia mengambil i’tibar dan pelajaran kehidupan.

Samsul Ramli, seorang peniliti di Litbang Kesultanan Banjar bercerita tentang sosok Karima. Ia bertutur, Karima memang orangnya pendiam. Tapi ia pembelajar dan pekerja keras. Ia menyelesaikan tahap demi tahap studinya dengan sempurna. Mahasiswi jurusan manajemen Universitas Trisakti Jakarta ini menamatkan kuliahnya dalam 7 semester dengan predikat Sangat memuaskan dan mempersembahkan toga-nya untuk ayah bundanya.

Namun Karima tetaplah Karima. Dari capaian prestasi yang ia ukir tak lantas membuat ia jumawa. Terlahir sebagai puteri raja saja, tak membuatnya merasa berbeda dari teman-temannya. Bahkan untuk diwawancara dalam kebutuhan tulisan ini, Karima tampak masih sangat malu-malu bercerita tentang dirinya. Beruntung penulis bisa meyakinkan Karima bahwa ini bagian dari salah satu cara untuk mewujudkan cita-cita Karima: MEMBERI MANFAAT BAGI ORANG BANYAK. Salah satunya dengan menginspirasi anak-anak muda.

Pertanyaannya, jika Puteri Jasmine punya Aladdin sebagai belahan hatinya. Siapa kah lelaki beruntung yang berhasil menjadi Aladdin-nya Tuan Puteri Karima???(*)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh