KANDANGAN, koranbanjar.net – Pada Peringatan Hari Santri Nasional di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Tuan Guru Muhammad Ridwan Baseri atau Guru Kapuh bercerita masa lalunya ketika masuk pondok pesantren (Ponpes).
Ia mengisahkan, hanya ia sendiri di antara teman seangkatan sekolah yang tertarik masuk pesantren. Pasalnya saat itu ujarnya, lembaga pendidikan agama Islam masih belum populer di masyarakat.
Seiring perkembangan zaman, kini pesantren sudah makin diminati. Tuan Guru yang juga menjabat Ketua MUI HSS ini mengharapkan, dalam keluarga paling tidak ada satu orang menuntut ilmu agama di pesantren.
Kata Guru Kapuh, masyarakat perlu merubah pandangannya terhadap pondok pesantren, agar menjadi pilihan utama masyarakat menuntut ilmu.
“Yang perlu diubah, bahwa pesantren bukanlah sebagai lembaga pendidikan yang terkebelakang, yang tempatnya biasanya dianggap kumuh, ketinggalan, menjadi alternatif pembuangan terakhir ketika anak sudah tidak bisa diperbaiki di sekolah,” paparnya saat memberikan tausiah Peringatan Hari Santri Nasional, Selasa (22/10/2019) di lapangan Lambung Mangkurat Kandangan.
Guru Kapuh menceritakan, sekitar tahun 1979 lulus SD Bupati 1 yang kini bernama SDN Kandangan Kota 1, seangkatan hanya ia seorang diri siswa yang tertarik melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah, sementara yang lainnya ke SMP.
“Tiap ada pelajaran olahraga, dulu kami mesti ke lapangan tugu,” imbuhnya, sekolah tersebut berseberangan dengan lapangan tugu Lambung Mangkurat, tempat ia bertausiah ini.
Hal itu terangnya, karena kala itu madrasah belum mashur dan belum jelas dikenal. Sehingga zaman itu masih asing dan banyak yang tidak tertarik.
Tiga tahun kemudian lanjutnya, tahun 1982 tamat Tsanawiyah lagi-lagi ia menjadi satu-satunya memilih masuk ponpes. Teman-teman lainnya ujarnya memilih sekolah ke MAN, SMEA, SMU, dan PGA.
“Kenapa demikian? karena juga belum dikenal, belum mashur dan belum jadi favorit,” ucapnya.
Peringatan Hari Santri Nasional di HSS ini ia mengaku bersyukur, dan ia yakin yang menghadiri baru sebagian saja. “Saya yakin santri saat ini di sini sudah puluhan ribu, ini baru beberapa persen yang mewakili,” ucapnya.
Gambaran kepercayaan masyarakat menyekolahkan anaknya ini ujarnya, harus terus dibangun, dibina dan digalakkan.
“Saya mengharap, paling tidak di dalam satu rumah, satu keluarga minimal 1 anak masuk pesantren, kalau bisa lebih. Jika kebetulan anak sudah besar, biarlah cucunya yang masuk pesantren,” seru Guru Kapuh.
Guru Kapuh mencontohkan, kelima anaknya saat ini yang semuanya masuk pesantren, dan ia merasa bangga anaknya mengikuti langkahnya. (yat/dra)