KELUA, KoranBanjar.net – Grebeg suro merupakan acara seni dan tradisi budaya tahunan masyarakat Jawa, yang di Kabupaten Tabalong sendiri diselenggarakan oleh grup New Khirdo Wijoyo dengan menampilkan kesenian kuda lumping dan diadakan di Terminal Kelua, Minggu (29/9/2019).
Acara tersebut didukung oleh Pemerintah Kabupaten Tabalong, Kecamatan Kelua, Karang Taruna Kelurahan Kelua, dan UPBS se wilayah selatan.
“Acara ini untuk penutupan bulan Suro dan melestarikan kesenian tradisional, dan kita ingin memberitahu bahwa kesenian Jawa ini ada di mana-mana serta cocok untuk menghibur masyarakat, khususnya di Kelua,” kata Anwariuno, ketua sekaligus pawang Khirdo Wijoyo.
Mereka, sebut dia, tidak keliling mengadakan acara namun jika ada yang mengundang untuk acara hajatan, nikah, ulang tahun dan lainnya bisa ditampilkan.
Sebagian orang di grup Khirdo Wijoyo ini Kebanyakan dari pelajar dan orang Banjar. Sebelum di tampilkannya acara kuda lumping tersebut, para pemain dilatih selama dua minggu di hari Minggu atau setiap tanggal merah.
Saat musik senandung Jawa dimulai, para pemain mulai menari hingga kesurupan, tidak hanya para pemain saja yang kesurupan, tetapi beberapa penonton pun banyak yang pikirannya kosong hingga turut kesurupan.
“Kadang-kadang ada yang tidak percaya tapi yang namanya jin kalau kita panggil untuk bermain, ongkosnya cuman asap, dupa dan sesajen, tapi kalau sudah selesai bisa dikembalikan lagi jadi untuk main-main aja,” sambungnya.
Banyak kejadian yang tidak sengaja atau disangka-sangka penonton, yang menonton ikut kesurupan hingga membuat pertunjukannya semakin seru sekaligus sedikit menegangkan.
“Kalau sudah menikmati musiknya atau mencium asap dupa ditambah pikiran kosong dia juga bisa ikut kerasukan,” kata Anwariuno.
Kali ini yang terkena kerasukan didominasi oleh laki-laki, bagi perempuan para arwah tidak diperbolehkan untuk merasuki dikarenakan penyelenggara tidak tega atau belum cukup umur.
“Kita batasi yang terkena kerasukan sebelumnya, jadi kita punya penangkalnya. Kalau kita mau yang terkena anggota bisa atau jangan anggota juga bisa,” katanya.
Orang yang kesurupan beberapa meminta atau melakukan hal-hal yang tidak wajar dilakukan, seperti makan bunga melati, makan beling, ayam hidup dan sebagainya.
“Keinginan itu bisa ditahan cuma diciumkan aroma dari apapun yang dia mau makan, ketika sudah dibilang jangan makan dia akan nurut, kita tidak akan menampilkan hal-hal yang terlalu arogan dan tidak pantas untuk dilihat, namanya seni yang dilihat tarinya,” papar dia.
Sebelum membuka acara, grup Khirdo Wijoyo pada malam Minggu tidak tidur semalaman, berdoa dan minta izin agar pada saat berjalannya acara tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan berjalan dengan lancar.
“Kami harap masyarakat di seluruh Tabalong bisa mengundang kami untuk acara-acara hiburan, kami akan melayani dengan tari-tari tradisional yang unik,” harapnya. (mj-26/dya)