Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Kalsel

Geopark Meratus Mendapatkan Evaluasi UNESCO

Avatar
96
×

Geopark Meratus Mendapatkan Evaluasi UNESCO

Sebarkan artikel ini
Ketua Harian Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM), Hanifah Dwi Nirwana menyambut gembira informasi luar biasa tersebut. (Sumber Foto: MC Kominfo Kalsel/koranbanjar.net)

Geopark Meratus dan Kebumen dari Indonesia akan dievaluasi UNESCO bersama-sama Geopark Mount Kilimanjaro dari Tanzania dan beberapa geopark lain dari negara Brazil, Canada, RRC, Itali, Mexico, Morocco, Norwegia, Korea, Romania, Saudi Arabia, Spanyol, Inggirs, Irlandia Utara, Vietnam.

BANJARBARU, koranbanjar.net – Kabar gembira akan dievaluasinya 18 usulan UNESCO Global geopark baru ini diperoleh dari  laman resmi UNESCO Digital Library pada dokumen dengan kode SC/2024/UGGp/1 Rev.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Ketua Harian Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM), Hanifah Dwi Nirwana menyambut gembira informasi luar biasa tersebut.

Karena, Geopark Meratus dinilai sejajar dengan Niagara, Mount Kilimanjaro, Danyang, Chefchaouen, Lang Son, Alta Murgia dan beberapa geopark lain di dunia.

Disebutkan di dalam laman UNESCO bahwa deskripsi Geopark Meratus sebagaimana dosier yang telah disubmit ke UNESCO, ciri-ciri geologi Geopark Meratus adalah serangkaian peristiwa tektonik kompleks berkait lempeng tektonik seperti tumbukan dan subduksi.

“Geopark Meratus terdiri ofiolit, batuan yang terbentuk di dasar laut sekitar 198 juta tahun lalu, namun terdorong ke daratan selama tumbukan antara 137 hingga 110 juta tahun yang lalu,” terang Hanifah, Selasa (2/4/2024).

Ofiolit, kata Hanifah, tergolong langka secara global, kendati di  tempat tempat lain juga ada di Indonesia, namun rangkaian ofiolit di Pegunungan Meratus dianggap terlengkap dan tertua di Indonesia.

“Batu kapur yang diendapkan di bawah air laut dari 36 hingga 16 juta tahun yang lalu, terangkat ke daratan karena aktivitas tektonik lebih lanjut,” paparnya.

Kemudian, pelarutan sebagian batuan kapur mengakibatkan lanskap karst dan pembentukan struktur gua besar.

“Informasi terakhir, sedimen aluvial yang terbentuk selama kurang dari 1 juta tahun terakhir ini mengandung berlian dalam konsentrasi yang cukup untuk mendukung penambangan rakyat,” ungkap Hanifah.

Nah, sumber berlian ini dinyatakan masih misterius dan target penelitian yang sedang berlangsung.

Momentum evaluasi akan dilakukan UNESCO merupakan momen penting untuk dipersiapkan lebih matang oleh Badan Pengelola Geopark Meratus bersama Pemerintah Provinsi Kalsel, kabupaten kota yang menjadi kawasan lokasi 54 situs Geopark Meratus, juga didukung stakeholder terkait bersama dengan Mitra Geopark Meratus.

“Alhamdulillah, Bapak Gubernur Kalimantan Selatan Haji Sahbirin Noor sangat mendukung semua upaya berkenaan  Geopark Meratus dilakukan semua pihak, agar mendapatkan pengakuan UNESCO Global Geopark,” semangatnya.

Adapun persiapan  Pemprov Kalsel menghadapi penilaian UNESCO antara lain representasi Geopark Meratus di Terminal Kedatangan Bandara Internasional Syamsudin Noor, desain  dikonsultasikan BP Geopark Meratus maupun pihak Angkasa Pura.

Selanjutnya, pemenuhan aksesibilitas, fasilitas dan visibilitas oleh Dinas PUPR dan Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Selatan.

Ditambah peningkatan kapasitas masyarakat sekitar situs dan pengelola situs mendapat intervensi Dinas Perindustrian dan Pariwisata Kalsel.

“Tindak lanjut ini  bukti keseriusan Paman Birin sebagai Gubernur Kalimantan Selatan untuk memperkenalkan Kalimantan Selatan lebih luas di dunia,” ucapnya.

Hanifah berharap pemerintah kabupaten/kota lebih proaktif  membantu penyiapan evaluasi.

Namun, ada banyak situs (Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Barito Kuala) belum optimal pengelolaan sampah.

Contohnya, penanganan limbah seperti situs Kampung Sasirangan Sungai Jingah Kota Banjarmasin masih menjadi persoalan, pemerintah daerah perlu turun tangan.

Hanifah yang juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalsel berharap KLHK tahun ini membantu pembangunan instalasi pengelolaan limbah pewarna kain sasirangan di situs Kota Banjarmasin.

Selain infrastruktur yang telah dibangun peningkatan kapasitas pengelola situs perlu juga mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten/kota terkait, melalui dinas yang membidangi kepariwisataan dan pemerintah desa.

Ia berharap ini mendapatkan dukungan semua komponen masyarakat, termasuk media, akademisi, komunitas dan pelaku usaha ikut serta mensosialisasikan dan publikasi serta mengunjungi situs-situs Geopark Meratus sebagai rangkaian menjadi rute-rute perjalanan mengesankan.

Dengan hastag cukup di Kalsel, kata Hanifah, kita jelajahi Geopark Meratus yang merupakan Jiwanya Borneo, Geopark Meratus The Soul of Borneo. (kominfokalsel/dya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh