Kisah pilu telah dialami enam orang, korban banjir dari Desa Tangkas, Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar, yang berada di lautan banjir dalam keadaan gelap gulita. Mereka terdiri dari 1 anak kecil, 2 lelaki dan 3 perempuan dewasa. Mereka keluar dari kepungan banjir di desa mereka dengan menggunakan sebuah perahu kecil, menerobos hingga tembus ke Padang Anyar, Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura, pada Kamis malam, (14/01/2021) lalu. Simak kisah pilunya.
MARTAPURA, Hairiyadi
Enam anggota keluarga berasal dari Desa Tangkas, Kecamatan Martapura Barat, nekat keluar dari kepungan banjir hanya dengan menggunakan perahu kecil. Diperikirakan, mereka berangkat dari desanya sekitar pukul 20.00 wita, mencari tempat keluarganya di Desa Cindai Alus Martapura.
Mereka berhasil tiba di Padang Anyar, Desa Tungkaran, di kediaman seorang warga setempat bernama, Harmani, menjelang tengah malam dalam kondisi yang sangat payah.
Diceritakan Harmani kepada koranbanjar.net, Minggu (17/01/2021), keenam anggota keluarga asal Desa Tangkas nekat menyelamatkan diri dari kepungan banjir. Rumah mereka sudah terendam hingga setinggi atap, pertolongan pun tidak ada. Sedangkan kebutuhan pokok sudah habis, jalan satu-satunya mereka harus pergi meninggalkan rumah yang nyaris tenggelam.
Dengan alat transportasi seadanya, mereka nekat pergi dengan menggunakan perahu kecil. Beberapa malam di tengah banjir, mereka harus menghadapi hujan deras dan air banjir yang semakin pasang. Penumpang perahu kecil itu terus mengayuh, tanpa menggunakan kompas atau penunjuk arah. Hingga akhirnya mereka tiba di Padang Anyar, Desa Tungkaran sekitar pukul 00.00 wita.
“Saya terkejut tiba-tiba tengah malam Jumat, saya kedatangan enam 6 orang tamu. Kondisi mereka sudah sangat kelelahan. Malah ada yang pingsan setelah sampai di depan rumah,” kata Harmani.
Diceritakan pula, keenam orang yang terdiri dari 1 anak kecil, 2 lelaki dan 3 perempuan dewasa itu bermaksud mencari tempat pengungsian ke rumah keluarga di Desa Cindai Alus. Akan tetapi , bagaikan lautan hanya air yang dilihat. Dua lelaki dewasa di dalam perahu terus mengayuh tanpa tahu arah tujuan, membawa penumpang lainnya malam itu.
“Mereka tiba di sini sekitar tengah malam. Perkiraan berangkat sehabis Isya dan kemungkinan mengayuh selama tiga jam,” kata Ahar, sapaan Harmani.
Perahu kecil yang diisi 6 penumpang itu tentu saja sangat tidak memadai. Bahkan perahu yang ditumpangi nyaris tenggelam ketika berada di atas banjir. “Hanya seukuran dua jari lagi, jukung akan terisi penuh air dan karam (tenggelam),” katanya.
Usai diberikan pertolongan sesuai kemampuan. 6 warga Desa Tangkas tadi dievakuasi ke rumah keluarga mereka di Desa Cindai Alus. Rumah Ahar dan tetangga lainnya di Padang Anyar RT6, juga selama ini merupakan tempat pengungsian.
Tidak jauh dari rumah Ahar terdapat kebun karet dan di sekitarnya tampak terendam dampak banjir. “Di sana di kawasan kebun karet, 6 orang itu mendaratkan jukungnya,” imbuh Ahar.
Pantauan koranbanjar.net di kawasan Desa Tungkaran yang memiliki dataran lebih tinggi, di tempati para pengungsian dengan menempati rumah penduduk dan areal komplek perumahan. Seperti, Komplek Lambung Mangkurat dan sekitarnya yang ditempati warga Pakauman, Sungai Batang dan Sungai Rangas. Malah ada satu keluarga, mengakui berasal dari Desa Tunggul Irang.(dya)