Manyanga iwak baminyak lanjar
Basayur tarung wan pucuk katu
Ulun himung lawan urang Banjar
Makin kompak dan bersatu
Tasipak tunggul bakas puhun kayu
Jangan kada ingat mamakai sapatu
Amun bubuhan Banjar kompak dan bersatu
Insyaallah Kutai, Kaltim dan Kaltara semakin maju
TENGGARONG,KORANBANJAR.NET – Pantun di atas mengawali amanat atau pituah Sultan Banjar Khairul Saleh Al-Mu’tashim Billah dalam acara pengukuhan Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Provinsi Kaltim, Provinsi Kaltara dan Kabupaten Kutai Kartanegara di Pendopo Kutai Kartanegara (Kukar) Tenggarong, Jumat (29/03/2019).
Di hadapan Gubernur Kaltara Dr Irianto Lambrie, yang mewakili Gubernur Kaltim, Bupati Kutai Eddy Darmansyah dan Sultan Kutai Kartanegara Sultan Aji Mohammad Arifin, serta ribuan warga Banjar yang memenuhi pendopo, Sultan Banjar menyampaikan pituahnya, yang intinya meminta agar urang Banjar di mana saja, termasuk di Kaltim, Kaltara, dan Kutai Kartanegara semakin kompak, rukun dan bersatu antarsesama untuk kemaslahatan dan kemajuan bersama.
“Kalau ada urang Banjar yang menjadi calon legislatif di Provinsi Kaltim dan Kaltara ini, dari partai mana saja, hendaknya didukung dan dipilih, supaya bisa jadi. Kalau ada urang Banjar yang menjadi pejabat publik, hendaknya didukung supaya sukses mengemban jabatannya, sehingga mampu memajukan daerah dan masyarakatnya, juga membawa harum nama daerah asalnya yaitu Banjar Kalimantan Selatan,” kata Sultan H Khairul Saleh.
Bahkan, urang Banjar yang berdagang atau berjualan, sambung Khairul Saleh, hendaknya dibeli dan dijadikan langganan, supaya laku. Sehingga, usahanya semakin berkembang dan membawa kesejahteraan hidup, yang tentu akan berimbas kepada daerah asal. “Dengan begitu keberadaan urang Banjar di perantauan semakin eksis dan mampu mewarnai bahkan memajukan daerah,” cetus Khairul Saleh, yang tercatat sebagai Caleg DPR RI Dapil Kalsel 1Nomor Urut 1 dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Sultan berpesan, meskipun urang Banjar di Kaltim, Kaltara dan Kukar sudah sekian lama tinggal di wilayah ini, bahkan dianggap sebagai penduduk asli, bukan pendatang lagi. Namun, tidak salahnya mereka mampu membawa diri. “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, sehingga tidak terjadi konflik dan benturan dengan suku-suku lain. Dengan begitu terwujud persatuan dan kesatuan dalam NKRI yang bhinneka tungal ika,” katanya lagi.
Hal dikemukakan Khairul Saleh ini, tampaknya sejalan pernyataan Irianto Lambrie, bahwa selama ini perantau Banjar dikenal santun, mereka tidak pernah mengganggu dan menyulut konflik dengan suku-suku lain, sehingga terwujud kehidupan yang rukun dan kondusif.