Dilema, itulah keadaan yang dihadapi masyarakat kita dalam waktu beberapa bulan terakhir, tepatnya sejak virus corona (Covid-19) merebak di negeri ini. Di satu sisi, masyarakat diimbau pemerintah agar tetap berada di rumah saja. Bekerja di rumah, beribadah di rumah, berbelanja mulai rumah, bahkan pelajar dan mahasiswa, sekolah maupun kuliah dari rumah saja (secara online).
Istilah “Stay at Home” (di rumah saja) atau “Work From Home” disingkat WFH (bekerja dari rumah) semakin gencar disosialisasikan banyak pihak, baik melalui sosial media maupun media elektronik dan online.
Sejak imbauan-imbauan tersebut dikeluarkan, berbagai persoalan sosial dan ekonomi bermunculan. Ada sebagian masyarakat yang memilih di rumah saja, namun adapula yang “nekat” harus ke luar rumah. Bahkan ada yang berujar begini, ke luar rumah bakal mati terkena virus corona, tetap bertahan di rumah bakal mati kelaparan.
Nah, saya mencoba menginventarisir sebagian kecil persoalan-persoalan yang muncul ke permukaan, akibat dari mewabahnya virus corona (Covid-19).
KESEHATAN DAN MEDIS
Penularan virus corona yang sangat cepat dan masif di tengah masyarakat, hingga berujung pada kematian.
Keterbatasan ruang isolasi di rumah sakit-rumah sakit daerah tertentu, sehingga menimbulkan potensi PDP (Pasien Dalam Pengawasan) berbaur dengan pasien umum.
Keterbatasan perangkat, obat-obatan serta fasilitas yang menunjang pengobatan serta penyembuhan terhadap pasien yang terinfeksi virus corona.
Keterbatas tenaga medis pada rumah sakit-rumah sakit daerah tertentu, sehingga “memaksa” petugas medis yang ada bekerja tanpa lelah, hingga mudah kepayahan.
Membuat para petugas medis untuk menentukan pilihan, agar tetap bertahan di tempat kerja (rumah sakit, puskesmas atau lainnya), sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona terhadap keluarga. Tidaklah heran, petugas medis tak dapat berjumpa keluarga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
SOSIAL
Menimbulkan gejolak di tengah masyarakat, terutama terhadap warga yang masuk kategori ODP (Orang Dalam Pengawasan) maupun PDP (Pasien Dalam Pengawasan). Mereka cenderung dijauhi, bahkan dikucilkan. Berbagai aktivitasnya akan dihindari masyarakat umum, bahkan dihindari keluarganya sendiri.
Memisahkan kontak fisik antara orangtua dengan anak, antara satu keluarga dengan keluarga lainnya, terutama bagi salah satu pihak yang dinyayakan positif mengidap virus corona.
Menyebabkan seseorang dan keluarga, terutama pengidap virus corona, kehilangan pekerjaan, kehilangan usaha, bahkan kehilangan hubungan kekerabatan.
Menyebabkan masyarakat bersikap sensitif, mudah tersinggung, saling menyalahkan serta gampang antipati.
Menyebabkan angka pengangguran dan kemiskinan meningkat secara signifikan, begitu pula dengan angka kriminalitas.
EKONOMI
Sangat berdampak terhadap persoalan ekonomi, dari tingkat rendah hingga menengah ke atas. Perdagangan konvensional (seperti di pasar-pasar) menjadi sepi, harga berbagai hasil pertanian, perkebunan, perikanan, turun drastis.
Berbagai ekonomi bisnis global menjadi lesu, mall-mall banyak yang tutup, perhotelan sunyi, perusahaan, pabrik, rumah makan, bisnis transportasi dan jasa, serta seluruh pelaku bisnis lainnya rata-rata mulai merumahkan karyawan, bahkan sebagian sudah melakukan PHK terhadap karyawan.
PENDIDIKAN
Merebaknya virus corona juga membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan harus membuat kebijakan, meliburkan sekolah-sekolah, sehingga pelajar dan mahasiswa cukup belajar di rumah. Belajar jarak jauh tidak semudah yang dibayangkan. Para orangtua yang notabene tidak memiliki latar belakang pendidik, terpaksa harus menjadi guru dadakan. Belum lagi pelajar atau mahasiswa dari kelompok disabilitas, yang membutuhkan keahlian khusus untuk mendapatkan pendidikan dari guru yang berkompeten.
Pelajar atau mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin, kesulitan menjalani belajar jarak jauh. Karena semisal ketiadaan fasilitas, seperti android, kuota, televisi, apalagi listrik.(*)
Penulis
Pimred koranbanjar.net
Denny Setiawan