SEKITAR ratusan anak berusia enam hingga tiga belas tahun mengikuti pesantren kilat yang khusus dibuat IMAAM Center pada bulan Ramadan ini.
WASHINGTON DC – Alvino Heriyanto, salah seorang anak yang ikut pesantren kilat minggu pertama di IMAAM Center, di Maryland, Amerika, Sabtu sore (11/5). Ia adalah satu dari seratusan anak yang tidak saja belajar mengaji, tetapi juga tauhid, fikih dan akhlak yang khusus dibuat IMAAM Center selama bulan Ramadan.
“Saya suka belajar di sini karena gurunya baik dan luar biasa. Seperti tadi saya diajar hal-hal yang membatalkan wudhu. Saya sudah tahu sih dari orang tua saya, tapi yang disampaikan tadi lebih detil. Saya juga bisa ketemu banyak teman baru,” Alvino
Alvino Heriyanto, usia 7 tahun, adalah siswa kelas dua sebuah sekolah dasar di Maryland. Ia baru belajar berpuasa penuh tahun ini.
Sementara Gwyneth Budiantoro, usia 13 tahun, dan kini duduk di kelas delapan atau setara SMP kelas dua di Indonesia, mengatakan ikut pesantren karena ada beberapa teman lain yang juga ikut.
“Suasana di sini juga enak. Very nice. Tenang. Belajarnya juga mudah dan bisa diskusi. Saya sangat ingin bisa membaca Al Qur’an lebih baik,’’ ujarnya.
Salah seorang pengajar di pesantren kilat anak-anak ini, Ifdal Yusuf, mengatakan awalnya ia diminta IMAAM Center untuk menjadi imam sholat tarawih, tetapi kemudian ia tertarik juga mengajar anak-anak.
“Saya awalnya diajak khusus untuk tarawih, tetapi kemudian juga untuk mengajar anak-anak. Materi awal hari ini adalah tentang menguatkan kembali dasar-dasar wudhu, sholat. Saya sudah siapkan dari awal karena kalau ajar anak-anak seumur ini pasti mereka akan tanyakan banyak soal, apalagi mereka memang mau belajar, jadi harus siap bahan yang bagus dan menarik,” kata Ifdal.
“Saya sebelumnya sudah mengajar anak-anak khusus belajar Al Quran. Belajar dari pengalaman itu, kalau disuruh diam dan pertanyaannya tidak dijawab, nanti ia menemui kesulitan dalam praktiknya. Saya akan mencoba menjawab sebisa mungkin agar mereka puas dan kelak dapat mempraktikkan sholat atau wudhu atau hal-hal lain yang ingin diketahuinya,” tambahnya.
Ifdal Yusuf, yang khusus belajar Al Quran sejak lulus sekolah dasar, tampaknya tahu persis cara yang tepat untuk menghadapi anak-anak, yang serba ingin tahu dan masih belum dapat menyampaikan keinginan mereka dengan sempurna.
“Anak-anak sekarang ada banyak soal, tapi kita tidak pandai menjawab. Kita tidak mau menjawab keingintahuan mereka. Mereka jadi bingung untuk menjadi Muslim yang baik. Anak-anak sekarang itu butuh mentor, butuh pendamping. Jadi saya memang ingin mereka banyak bertanya, apa yang tidak mereka ketahui di rumah, bisa ditanyakan. Saya akan coba jawab. Saya juga ingin anak-anak mensyukuri Ramadan yang mereka jalani,” lanjut Ifdal.
Ditemui VOA seusai mengajar Sabtu sore, Ifdal Yusuf, yang hampir menyelesaikan kuliah dalam bidang psikologi klinis, mengatakan sangat senang terlibat dalam program-program IMAAM Center dan ke depan malah ingin mengkaji lebih dalam antara ilmu psikologi yang ditekuninya dengan Islam.
“Ifdal ingin satukan Islam dan psikologi dan kemudian ingin beri services kepada jemaah dan komunitas yang membutuhkan. Apa bisa Ifdal tolong, Ifdal tolong. Tapi kalau di luar, out of my scope, saya akan terus terang bilang tidak bisa. Saya kan masih belajar juga. Alhamdulillah apa yang dikasih Allah SWT, saya share kembali,” ujarnya.(em/voa/koranbanjar.net)