Biasanya seminggu sekali Aspiyani (27) berkeliling Banjarmasin untuk mencari orang dengan ganguan jiwa (ODGJ) agar dirapikan rambutnya, bahkan penampilannya.
AGUS HASANUDIN, Banjarmasin
KESEHARIAN Aspiyani sebagai Barber Men, membuat dirinya bertekad untuk beramal dengan cara merapikan ODGJ di Banjarmasin.
Aspiyani mengungkapkan profesi sebagai Barber Men sudah hampir empat tahun ia jalani.
“Sudah empat tahunan, tapi untuk sosial seperti menggunting merapikan ODGJ ini hampir empat bulan,” ucapnya kepada penulis belum lama tadi.
Selain ODGJ, ada beberapa daftar orang menengah ke bawah untuk di rapikan olehnya.
Diantaranya, seperti pengamen, pemulung, gelandangan bahkan anak punk jalanan.
Terkadang mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri, inilah membuat ia pribadi terketuk hatinya memperhatikan orang lain.
“Kalau bukan kita yang membujuknya dirapikan, lantas siapa lagi?” ungkapnya.
Sebelumnya yang membuat Aspiyani termotivasi menggunting rambut ODGJ itu, lantaran rata-rata pernah ditemui, rambutnya pasti panjang.
Setelah merapikan biasanya ia juga memberikan baju dan menggantikan baju.
“Kan biasanya baju mereka sudah bau, kayak tadi bau banget, dan celananya biasa kami gantikan juga, tapi karena tadi agak kecil, jadi dikasih baju saja,” ujarnya.
Agar ODGJ mau dirapikan, Aspiyani langsung merayu mereka agar mau.
Berbagai macam cara dilakukan untuk mendekati. Seperti, memberikan minuman hingga rokok.
“Biasanya terus diajak ngobrol. Kalau diajak ngobrol itu insyaalah bisa, tapi susah banget, lebih banyak tidak dapat daripada dapatnya,” ungkap dia.
Terkadang ada ODGJ agresif, dan jika sudah melihat tingkahnya mulai marah-marah ia langsung beranjak pergi, dan dilain waktu kembali mencoba mendekati.
ODGJ yang sudah ia daftar kemudian dalam dua bulan sekali ia akan cari lagi untuk dirapikan.
Wilayah paling jauh Aspiyani mencari ODGJ dirapikan bisa hingga lingkup wilayah Kabupaten Banjar.
Ia menargetkan selama seminggu sekali mencari langsung ke lapangan targetnya, berdua dengan teman yang juga sebagai kameramen, jika tak ada dari hari Selasa, hingga Jumat. maka Sabtu atau Minggu ia harus dapat.
Selama 4 bulan ia melakukan hal tersebut. Ia mengaku mendapatkan pengalaman yang luar biasa.
“Ada asiknya, seperti mereka mau di cukur digantiin baju itu rasa bahagia, dan tidak semua orang bisa melakukan dan di Banjarmasin belum ada lagi. Hanya saya saja. Sedihnya itu membujuknya lama dan dia ngga mau itu rasa sedih. Tapi kita coba dilain waktu, biar dia merasa nyaman atau di omongin lagi nanti,” ucapnya.
ia mengungkapkan, keahlian memotong rambut didapatkan dari pernah ikut orang juga di salah satu Barbershop di Banjarmasin.
Hingga sampai saat ini dirinya bisa membangun tempat Barbershop yang berlokasi di Kayutangi dekat Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
Aspiyani mengaku, selain berniat hanya ingin merapikan ODGJ, pengamen, pemulung, anak punk. Ia ingin kota di Banjarmasin agar lebih dikenal rapi oleh banyak orang yang datang.
Selain itu, ia berniat kedepannya ingin mengajari orang yang tidak mampu agar bisa menjadi tukang cukur dan itu akan gratis ia ajarkan rencananya.
“Kedepannya sih kalau memang ada rezeki lebih dan bisa membantu orang yang ganguan jiwa dengan keluarga yang tidak mampu kita masukkan ke rumah sakit,” tandasnya.
Ia mengharapkan semoga tetap sukses dan selalu semangat mencari mereka dan satu bulan lebih banyak agar mereka lebih rapi.
“Sekira banjarmasin ganteng-ganteng,” pungkasnya. (dya)