BANJARBARU, koranbanjar.net – Dinkes Banjarbaru mengklaim, di ‘Kota Idaman’ kasus penyakit DBD cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan kasus Hepatitis A, mengalami penurunan dibanding tahun 2019.
Hal itu diungkapkan, Kasi P2PM Dinkes Banjarbaru Siti Khadijah. Kata dia, kasus tersebut dipengaruhi beberapa faktor.
“Kasus DBD, kecenderungan meningkat karena masih musim hujan. Untuk itu, dilakukan upaya pencegahan agar kasus dapat dicegah. Tidak meningkat secara signifikan,” ujarnya kepada koranbanjar.net, Kamis (4/3/2020), saat dihubungi melalui whatsapp.
Sesuai arahan Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani, lanjutnya, perlu dilaksanakan Jumantik, Jumat Bersih, PSN (3 M plus) di sekolah, serta penyuluhan. Karena kebanyakan, anak sekolah atau remaja yang diserang penyakit berbahaya tersebut.
“Nyamuk aides, keluar sarang pukul 09.00 wita dan kembali sarang pukul 17.00 wita. Sesuai jam aktifitas anak sekolah,” paparnya.
Sementara itu, kasus Hepatitis A dikatakan Siti mengalami penurunan dibanding tahun 2019. Tak ada peningkatan, hanya saja kasus sering berpindah tempat.
“Memang ada 1 hingga 2 kasus setiap bulan. Daerahnya sekitar Kecamatan Landasan Ulin, Landasan Ulin Tengah, Landasan Ulin Selatan, dan Landasan Ulin Utara. Kemudian menyebar, ke Guntung Manggis dan Banjarbaru Selatan,” bebernya.
Sama halnya seperti DBD, rata-rata yang diserang penyakit ini seperti anak sekolah. Bahkan, beberapa santri. Karena kurangnya, berperilaku hidup bersih dan sehat.
“Anak-anak suka jajan sembarangan. Kebiasaan tidak cuci tangan secara benar, sebelum atau sesudah beraktivitas,” ucapnya.
Kata dia, pencegahan yang tepat seperti makan dan minum yang bersih serta matang. Cuci tangan dengan sabun di air mengalir, jika memakai wc atau jamban dianjurkan memvaksin secara mandiri.
“Untuk memutus rantai penularan, hendaknya anak yang sakit diistirahatkan. Tidak usah sekolah, selama masa inkubasi 28 hari. Hindari kelelahan,” jelasnya.
Ia berpesan, semua pihak harus saling memperhatikan kebersihan dilingkungan manapun. (ykw/maf)