Komisi IV DPRD Provinsi Kalimantan Selatan prihatin terhadap keadaan yang dialami petani milenial di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Anggota Komisi IV DPRD Kalsel, Wahyudi Rahman membeberkan berbagai masalah yang dikeluhkan kaum petani milenial dalam resesnya di Kabupaten Tapin, belum lama ini.
“Tenyata banyak masalah yang diderita petani. Di antaranya soal biaya usaha tani yang kian tinggi, kurangnya ketersediaan alsintan modern, kesulitan menjual produk usai panen dan lainnya,” bebernya.
Gabas —demikian Wahyudi Rahman akrab disapa, red — mengaku telah menerima aduan kaum petani milenial tersebut, mereka tergabung dalam Forum Komunikasi Petani Muda Tapin.
Ia menilai sebenarnya ini masalah klasik yang tidak kunjung selesai. Ironisnya, sebagian besar penduduk Tapin menggantungkan hidupnya di bidang pertanian.
“Harusnya Pemerintah Daerah dan Provinsi lebih banyak merangkul untuk berkomunikasi dengan para petani sehingga program lebih tepat sasaran,” pendapat Gabas.
Menurutnya, pemegang kebijakan jangan terlalu memaksakan program adopsi dari daerah lain tanpa memperhatikan kearifan lokal.
“Akibatnya produk tidak laku dan petani tidak tahu harus menjual kemana? Kemudian produk pertanian lokal juga harus di dorong,” urai politikus dari Fraksi PDI Perjuangan Kalsel itu.
Gabas berjanji akan membawa permasalah ini dalam rapat koordinasi di DPRD Kalsel ke depan. Ia juga meminta relasi di daerah mendorong dan melanjutkan permasalah ini di tingkat Kabupaten.
“Mengingat ini mandat dari rakyat dan untuk kepentingan masyarakat, kami akan secepatnya membawa ke DPRD Tapin,” tandasnya.(yon/sir)