Musibah banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Banjar sepertinya membuat para petani sangat merana. Pasalnya, mereka tidak dapat bercocok tanam, apalagi memanen padi untuk kebutuhan hidup. Sementara pemerintah yang berkompeten untuk menanggulangi persoalan tersebut, seperti Pemerintah Daerah maupun DPRD Banjar sepertinya pasrah dengan keadaan alias ‘guringan.’
BANJAR, koranbanjar.net – Sungguh miris keadaan yang dihadapi para petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Banjar saat musibah banjir melanda. Sebut saja, petani di Desa Lok Tangga, Mali-Mali, Sungai Arfat, Pingaran, Pandak Daun, Jingah Habang Kecamatan Karang Intan, kemudian Desa Jati Baru di Kecamatan Astambul serta Desa Labuan Tabu di Kecamatan Martapura. Sudah satu bulan lebih mereka gagal bercocok tanam, karena lahan pertanian mereka terendam air.
Menurut tokoh masyarakat Desa Mali-Mali, Kecamatan Karang Intan, Adi Yohanadi kepada koranbanjar.net, Selasa (14/3/2023), dia hanya bisa mengelus dada menyaksikan keadaan yang dialami para petani di sejumlah wilayah di Kecamatan Karang Intan.
“Pokoknya, selama banjir ini, petani di Lok Tangga, Mali-Mali, Sungai Arfat, Pandak Daun, Pingaran, Jingah Habang dan Labuan Tabu, tidak bisa bahuma (bertani). Kalau tidak salah, sekarang ini mereka melakukan cocok tanam yang ketiga kali. Kemarin, dua kali sudah gagal. Pertama bercocok tanam terendam air. Kedua, terendam air lagi. Sekarang yang ketiga, kalau diguyur hujan lagi, berarti gagal lagi,” ungkapnya.
Ditanya tentang perhatian pemerintah daerah terhadap para petani yang mengalami musibah tersebut, Yohanadi mengatakan, sampai hari ini, khususnya petani di wilayah Mali-Mali, Lok Tangga maupun Sungai Arfat belum pernah mendapatkan perhatian sama sekali, baik dari Dinas Pertanian maupun DPRD Banjar.
“Mana ada? Sampai sekarang belum ada pihak pemerintah yang memberikan perhatian. Sampai-sampai petani di wilayah kami pernah bersuara, kami tidak butuh sembako. Tapi kami butuh agar pemerintah bisa mengatasi persoalan banjir ini, supaya petani bisa bahuma dengan normal,” ungkapnya berapi-api.
Tadinya, menurut dia, sebagian petani masih bisa mengatasi hidup dengan menjual bunga melati, khususnya mereka yang tinggal di Pandak Daun, Desa Jingah Habang dan Labuan Tabu. Tapi sekarang kebun bunga melati mereka juga terendam air. “Sangat kasihan masyarakat kita ini,” ucapnya.
Dia sangat berharap, pihak pemerintah daerah dapat turun langsung ke lapangan, lihat para petani yang kesulitan, jangan saat menjelang Pilkada saja yang turun dengan janji-janji muluk. (sir)