Badut jalanan kini semakin menjamur di sepanjang Jl A Yani dari Simpang Empat Banjarbaru hingga Batas Kota Martapura, Kalimantan Selatan. Hal demikian membuktikan betapa sulitnya bagi masyarakat untuk mencari pekerjaan.
BANJARBARU, koranbanjar.net – Tak kurang dari 10 hingga 15 badut jalanan berdiri di tepi Jl A Yani, Simpang 4 Banjarbaru hingga Batas Kota Martapura. Mereka berderat di tepi jalan, sambil bergolang-golek, mengharap belas kasih pengguna jalan.
Pantauan koranbanjar.net, dari arah Jl A Yani Batas Kota Martapura, tepatnya di depan SPBU, arus lalu lintas di kawasan itu terbilang padat. Ruas jalan yang padat dengan pengendara itu tampaknya menjadi sasaran utama bagi para penjual jasa hiburan, badut jalanan untuk menarik perhatian pengguna jalan. Terutama pengguna jalan yang mengendarai roda empat.
Mereka bergolang-golek, sambil melambai-lambaikan tangan. Di bagian leher mereka tergantung kaleng, tempat menerima pemberian dari pengguna jalan. Pengguna jalan yang kebetulan berisi penumpang anak-anak, biasanya secara spontan membuka kaca mobil, seraya memberikan uang kepada mereka.
Pengguna jalan yang kebetulan melintas di kawasan Jl A Yani, Batas Kota Martapura, Marzuki mengaku iba dengan profesi yang dilakoni para badut jalanan tersebut.
“Sekarang ini kan semakin sulit mencari pekerjaan. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Daripada mereka berbuat kriminal, ya berprofesi sebagai badut jalanan itu kan lebih terhormat dan halal, ” ungkap Marzuki, Sabtu (02/01/2021) sore.
Dia menyarankan, Pemerintah Daerah mestinya tidak cuma bisa menertibkan mereka. Tetapi juga harus mencarikan jalan keluar, menyiapkan pekerjaan pengganti. “Kalau cuma sekadar menertibkan, tetapi tidak mencarikan pekerjaan pengganti ya.. tidak menyelesaikan masalah. Mereka butuh hidup, butuh makan, mungkin itu satu-satunya jalan yang bisa mereka lakukan,” paparnya.
Sementara itu, seorang penyedia badut yang minta namanya dirahasiakan mengungkapkan, dia hanya prihatin dengan kondisi ekonomi yang dialami sebagian warga sekarang.
“Kebetulan saya punya sedikit rezeki, lalu saya beli badut seharga tujuh ratus ribu rupiah. Kemudian ada yang mau sewa seharga dua puluh ribu per hari,” ucapnya.
Disinggung tentang penghasilan mengenakan badut berdiri di tepi jalan, dia memperkirakan, kalau penyewa mampu membayar Rp20 ribu perhari, tentunya pendapatan mereka lebih dari itu.(sir)