Dilansir dari alodokter.com, penyakit yang disebabkan oleh virus rubella ini dapat menyebar dengan sangat mudah. Penularan utamanya dapat melalui butiran liur di udara yang dikeluarkan penderita melalui batuk atau bersin, berbagi makanan dan minuman dalam piring atau gelas yang sama dengan penderita juga dapat menularkan rubella. Sama halnya jika Anda menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda setelah memegang benda yang terkontaminasi virus rubella.

Rubella dan Kehamilan

Walau sama-sama menyebabkan ruam kemerahan pada kulit, rubella berbeda dengan campak. Penyakit ini biasanya lebih ringan dibandingkan dengan campak. Tetapi jika menyerang wanita yang sedang hamil, terutama sebelum usia kehamilan lima bulan, rubella berpotensi tinggi untuk menyebabkan Sindrom Rubella Kongenital (SRK) atau bahkan bisa menjadi penyebab kematian bayi dalam kandungan. WHO memperkirakan tiap tahun terdapat sekitar 100.000 bayi di dunia yang terlahir dengan sindrom ini.

SRK dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi, seperti tuli, katarak, penyakit jantung bawaan, kerusakan otak, organ hati, serta paru-paru. Selain itu, SRK juga bisa menyebabkan anak menderita diabetes tipe 1, hipertiroidisme, hipotiroidisme, serta pembengkakan otak juga dapat berkembang pada anak yang terlahir dengan sindrom ini.

Tanda dan Gejala Rubella

Anak-anak cenderung mengalami gejala-gejala yang lebih ringan daripada dewasa. Tetapi ada juga penderita rubella yang tidak mengalami gejala apa pun, namun tetap dapat menularkan virus rubella.

Penyakit ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 14 hingga 21 hari sejak terjadi pajanan (peristiwa yang menimbulkan risiko penularan) sampai menimbulkan gejala. Gejala-gejala umum rubella meliputi demam, sakit kepala, hidung tersumbat atau pilek, tidak nafsu makan, mata merah, pembengkakan kelenjar limfa pada telinga dan leher, ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan yang awalnya muncul di wajah lalu menyebar ke badan, tangan, dan kaki. Juga terdapat ruam ini umumnya berlangsung selama 1-3 hari dan nyeri pada sendi, terutama pada penderita remaja wanita.

Begitu terinfeksi, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 5 hari hingga 1 minggu. Potensi tertinggi penderita untuk menularkan rubella biasanya pada hari pertama sampai hari ke-5 setelah ruam muncul.

Jika Anda atau anak Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter.

Proses Diagnosis Rubella

Ruam kemerahan akibat rubella memiliki karakteristik yang mirip dengan ruam-ruam lain. Guna memastikan diagnosis, dokter biasanya mengambil sampel air liur atau darah untuk diperiksa di laboratorium.

Tes tersebut digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibodi rubella. Apabila terdapat antibodi IgM, berarti Anda sedang menderita rubella. Sedangkan, keberadaan antibodi IgG menandakan bahwa Anda pernah menderita rubella atau sudah menerima vaksinasi.

Pemeriksaan rubella juga bisa dimasukkan dalam serangkaian tes prenatal untuk ibu hamil, khususnya untuk yang berisiko tinggi dan tes ini dilakukan melalui tes darah.

Jika ibu hamil yang didiagnosis menderita rubella, pemeriksaan lanjutan yang mungkin dianjurkan untuk dilakukan adalah USG dan amniosentesis. Amniosentesis adalah prosedur pengambilan dan analisis sampel cairan ketuban untuk mendeteksi kelainan pada janin.

Metode Penanganan Rubella

Rubella tidak membutuhkan penanganan medis khusus, pengobatan dapat dilakukan di rumah dengan langkah-langkah sederhana. Tujuannya adalah untuk meringankan gejala, namun bukan untuk mempercepat penyembuhan rubella. Sejumlah langkah sederhana yang dapat dilakukan beristirahatlah sebanyak mungkin, minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi, mengurangi nyeri dan demam. Penderita dapat mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri pada sendi, minum air hangat bercampur madu dan lemon untuk meredakan sakit tenggorokan dan pilek.

Langkah Pencegahan Rubella

Pencegahan rubella yang paling efektif adalah dengan vaksinasi, terutama bagi wanita yang berencana untuk hamil. Sekitar 90% orang yang menerima vaksin ini akan terhindar dari rubella. Sejak adanya program vaksinasi, jumlah kasus rubella yang tercatat secara global berkurang secara signifikan.

Pemerintah kini sedang mengampanyekan pemberian vaksin Measles dan Rubella (MR) menggantikan vaksin Mumps, Measles dan Rubella (MMR). Vaksin MR ini memberikan perlindungan terhadap penyakit campak dan rubella. Sebelumnya, pencegahan rubella tergabung dalam vaksin kombinasi MMR yang juga mencegah campak dan gondongan.

Pemberian vaksin MR direkomendasikan pada anak usia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun, dan diberikan melalui suntikan pada jaringan lemak (subkutan) lengan atas. Vaksin MR ini diberikan pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan saat anak duduk di bangku kelas 1 SD, yaitu sekitar usia 6 tahun.

Orang dewasa dan anak-anak yang hanya mendapatkan satu kali suntikan vaksin MMR dan dapat mendapatkan vaksin MR pada usia berapa pun. Apabila Anak sudah pernah mendapat vaksin MMR, vaksin MR ini juga boleh diberikan.

Wanita yang merencanakan kehamilan juga dianjurkan memeriksakan diri melalui tes darah. Jika hasil tes menunjukkan bahwa seorang wanita belum memiliki kekebalan terhadap rubella, dokter akan menganjurkannya untuk menerima vaksin MR. Setelah itu, dia harus menunggu minimal 4 minggu untuk hamil. Harap diingat bahwa vaksinasi ini tidak boleh dijalani saat sedang hamil.

Selain vaksin, mencegah penularan dan penyebaran rubella juga penting. Cara pencegahannya bisa dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan penderita sebisa mungkin, khususnya untuk ibu hamil yang belum menerima vaksin MR atau MMR dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Anda juga bisa memindahkan penderita ke ruangan terpisah yang jauh dari anggota keluarga dan menjaga kebersihan diri, misalnya selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah bepergian, atau jika terjadi kontak dengan penderita.