Rencana pembangunan rel kereta api menuju Bandara Internasional Syamsudin Noor di Kota Banjarbaru serius dipersiapkan Pemerintah Provinsi Kalsel. Hanya saya, kendala yang harus dipecahkan untuk pembangunan tersebut, perlunya investor untuk membiayai pembangunan tersebut.
BANJARBARU,koranbanjar.net – Pemerintah Provinsi Kaslel berencana membangun rel kereta api. Untuk itu, Pemprov mengharapkan adanya investor swasta yang bersedia mewujudkan pembangunan itu.
“Untuk membangun kereta bandara kita akan mencari investor swasta,” ucap Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalsel, Nurul Fajar Desira.
Pemprov Kalsel akan melakukan kajian terlebih dulu, untuk mengundang para investor swasta. “Dari hasil kajian itu, kita bisa mengundang investor. Mereka yang membangun, Pemprov menyediakan lahannya,” kata dia.
Besarnya investasi yang diperlukan membangun moda transportasi kereta api, membuat Pemprov Kalsel akan menggarap secara bertahap. Rute bandara yang akan didahulukan
“Nilai investasi kereta api capai Rp24 triliun, cukup mahal. Jadi kita dahulukan kereta bandara,” ujarnya.
Memilih rute bandara yang didahulukan, karena Pemprov melihat peluang ke depan. Perekonomian akan terpusat di kawasan bandara. Lalu lintas pun kemungkinan akan padat.
“Kami memikirkan jangka panjang. Memang sekarang belum padat, 10 tahun ke depan kita tidak tahu. Bisa saja macet apabila mengandalkan transportasi di jalan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, kemungkinan juga angkutan barang ke depan meningkat. Maka diperlukan moda transportasi kereta ke depan.
“Kalau tidak dari sekarang dirancang, bisa seperti di Jakarta kemacetannya. Kita harus berfikir lebih maju ke depan,” ungkapnya.
Untuk pengkajian, akan dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kalsel. “Rencana rel kereta api akan kami lakukan pengkajian. Ada enam wilayah yang dijadikan prioritas kajian,” ucap Kepala Bidang Ekonomi dan Pembangunan Balitbangda Kalsel, Kemas A Rudi Indrajaya.
Dijelaskan, keenam wilayah tersebut yakni Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Barito Kuala, dan Tapin. “Kajian ini hanya melibatkan 6 daerah, tidak sampai 13 kabupaten/kota,” katanya.
Dalam kajiannya, pihaknya akan melibatkan akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Dinas Perhubungan Kalsel, dan Kementerian Perhubungan RI.
Sementara itu, Peneliti Balitbangda Kalsel, Arif Anwar menyebut, sebelum melaksanakan penelitian di lapangan, terlebih dulu pihaknya menyusun tim pengkaji, dan menggelar workshop serta seminar proposal.
“Penyusunan tim dulu, setelah itu baru melaksanakan workshop bersama dengan stakeholder terkait. Selebihnya bakal ada seminar proposal. Setelah semuanya selesai, lalu survey lapangan,” ujarnya.(maf/sir)