Meraup untung dari jangkos sawit menjadi program usaha dari kelompok Penumnbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP). Hal ini selaras kebijakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak sektor pertanian harus tetap berjalan untuk mendukung kebutuhan pangan kepada masyarakat Indonesia di tengah wabah covid-19 ini.
BANJARBARU,koranbanjar.net – Salah satu sektor pertanian yang harus tetap berjalan adalah program bagi petani milenial yaitu PWMP. Program ini dilaksanakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian.
Dijelaskan oleh Kepala Badan PPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi, tujuan PWMP ini untuk menarik minat pemuda, mahasiswa dan sarjana mendukung pembangunan sektor pertanian.
Salah satu Kelompok PWMP adalah Borneo Paddy Straw yang diketuai Gilang Iqbal Mustofa penerima bantuan modal PWMP tahun 2019 dari SMK-PP Negeri Banjarbaru, dengan bimbingan guru Fofa Arofi, yang secara teknis dan motivasi selalu mendampingi usaha anak anak muda ini.
Dijelaskan Fofa, mereka saat ini masih duduk di kelas XI jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan. “Baru-baru ini panen jamur merang di tengah kondisi pandemi Covid 19,” katanya, saat dikonfirmasi melalui sambungan whatsapp, Senin (18/5/2020).
Dijelaskan Fofa, menarik dari usaha ini adalah jamur merang yang pada umumnya menggunakan media jerami padi mereka menggunakan limbah sawit berupa janjang kosong.
Potensi bahan baku jamur berupa jangkos melimpah dari pabrik pengolahan kelapa sawit di Kalimantan Selatan, karena selama ini belum termanfaatkan secara maksimal.
Selain mendapat keuntungan dari jamur merang yang dihasilkan, juga dapat berkontribusi dalam mewujudkan budidaya sawit berkelanjutan.
Keuntungan lain dari penggunaan jangkos sebagai media jamur merang yaitu media dapat digunakan lebih dari satu kali. Pembudidaya jamur merang khususnya di kalsel belum terlalu banyak sehingga potensi pasarnya masih sangat terbuka lebar.
Dari informasi diperoleh melalui Gilang, hasil didapatkan cukup lumayan, panen hari kedua mencapai 9 kilogram dengan luas lumbung 4 x 6 meter sedangkan masa panen bisa sampai 2 pekan dengan harga jual per kilogram Rp40.000,- sampai Rp50.000. “Langsung habis terjual di pasaran,” imbuh dia.
“Bantuan modal dari Pusdiktan, BPPSDMP, Kementan dalam program PWMP ini bener benar dapat membantu kami dalam menjalankan usaha secara kontinyu walaupun ditengah badai COVID-19 ini,” ungkap Gilang.
Dijelaskan gilang hasil budidaya dilakukan di wilayah Jl Karang Anyar 2 Loktabat Utara Banjarbaru, ini kemudian dijual ke konsumen yang datang langsung ke tempat.(timhumasSMK-PPNegeriBanjarbaru/dya)