Kini giliran pengepul karet “berteriak” atau mengeluhkan kondisi terakhir tentang penjualan hasil karet yang anjlok. Ironisnya, keluhan petani maupun pengepul karet ini belum pernah mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Banjar.
KARANG INTAN, koranbanjar.net- Petani sekaligus pengepul karet, Marni asal Desa Pandak Daun, Kecamatan Karang Intan, mengeluhkan penjualan karet yang kian merosot. Ironisnya, kondisi yang dialami para petani karet di pedesaan ini belum pernah mendapatkan perhatian Pemkab Banjar.
“Saat ini harga karet dibeli antara Rp4.000 sampai dengan Rp4.500 per kilogram. Kemudian dijual dengan harga Rp6.000 sampai dengan Rp6.500 per kilogram,” ungkap Marni kepada koranbanjar.net, Kamis (16/04/2020).
Sedangkan sebelumnya, imbuh Marni, harga karet menembus Rp10.000 sampai Rp11.000 per kilogram. Tapi harga itu belum dipotong biaya penyusutan,” ucapnya.
Disinggung peran serta pemerintah untuk turut memperhatikan kondisi yang dialami petani karet dan pengepul, Marni mengaku, sampai sekarang belum ada.
“Sampai sekarang tidak ada perhatian pemerintah untuk membantu meringankan beban kami, diam saja. Baik itu arahan atau sosialisasi atau upaya lain. Karena itu, kami berharap pemerintah bisa memperhatikan, khususnya para petani karet. Pokoknya cari yang baiknya,” jelas dia.
BACA JUGA
https://koranbanjar.net/imbas-corona-harga-karet-anjlok-petani-pun-menangis/
Dia menambahkan, sebelumnya dia membeli karet sebanyak 100 kilogram per hari. Kalau sekarang rata-rata hanya membeli 50 kilogram per hari. “Ya beginilah kondisinya. Sekarang cuma setengah pikul (50 kilogram),” pungkasnya.(sir)