BANJARBARU, koranbanjar.net – Baru saja diresmikan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, Pohon Mersawa (Anisoptera Sp.) yang berada di Hutan Pers Taman Spesies Endemik Indonesia, kawasan Perkantoran Setdaprov Kalsel, Banjarbaru nampak meranggas atau mengering. Ditandai, daunnya yang mulai berguguran.
Peneliti Litbang Kementerian LHK Banjarbaru Rusmana mengatakan, kejadian itu menjadi hal biasa pada tanaman yang baru dipindahkan.
“Pohon yang dipindahkan, relatif besar seperti ini, ya perlu waktu untuk beradaptasi,” ujar Rusmana, Senin (17/2/2020) malam, melalui siaran pers tertulisnya.
Tindakan pemeliharaan, harus terus dilakukan untuk kelangsungan hidup pohon. Jika tak ada hujan, maka pohon harus disiram dua kali sehari setiap pagi dan sore. Termasuk, balutan pada batangnya.
“Pohon disemprot, menggunakan pupuk daun yang mengandung ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Sedangkan, guna merangsang tunas dan akar seperti pupuk daun Hantu Jimmy,” tuturnya.
Penyemprotan pupuk, dilakukan pada batang, daun, cabang dan ranting pohon. “Setiap minggu sekali dilakukan, pada sore hari setelah jam 4 sore, atau pagi hari sebelum jam 9 pagi,” lanjutnya.
Dijelaskannya, untuk mengendalikan hama atau insektan diberikan puradan pada lantai tanah sekitar tanaman. Selama dua minggu sekali, dengan dosis 5 gram/m2.
Ia menilai, tanaman tersebut masih hidup. Terbukti, batang pohon masih segar dan hijau. Meski daun rontok, ini lebih karena transpirasi yang besar. Dibanding dengan daya hisap akar, terhadap air dan nutrisi tanah.
“Artinya, fungsi akar masih belum optimal karena masih beradaptasi. Saya menyarankan, sekeliling pohon dipasang sarlon net. Di bantu dengan tiang, yang menancap ke dalam tanah minimal 1 meter dan dicor,” ucapnya.
Diterangkan, Sarlon dengan intensitas 70 persen bertujuan mengurangi sengatan matahari dan tiupan kencang. Selain itu, berfungsi untuk menekan transpirasi pohon. (ykw/maf)
