BANJARBARU, koranbanjar.net – Warga Cempaka harapkan pemerintah Kota Banjarbaru bisa membantu mengatasi permasalahan banjir. Salah satunya berupaya menanggulangi banjir karena air terus mengalir dari Gunung Kupang.
Terpantau di lapangan, berbagai pihak telah mulai berdatangan untuk membantu warga. Namun hingga berita ini diturunkan, banjir masih belum surut.
“Sungainya di sini tidak bisa membendung air yang datang dari arah Gunung Kupang. Lihat saja di sana kan jarang juga ada pohon, hampir semuanya dijadikan perumahan. Semoga drainase di sini lah bisa ditangulangi Pemerintah, untuk penyaluran air agar tak cepat masuk,” ujar Guru Madrasah Miftahul Khairiyah, Wardaniah kepada koranbanjar.net, Kamis (30/1/2020) sore.
Ia menjelaskan, sebelumnya memang sempat antara Pemerintah Kelurahan, Kecamatan, Polsek, dan KSB membantu mengeruk sungai untuk membuang sampah. Namun, hanya dengan peralatan sederhana.
“Sekitar pukul 12.00 wita sudah mulai banjir, tapi sekitar pukul 16.00 wita baru banjir selutut. Banjir di sini memang setiap tahun, pasti terjadi,” ungkapnya.
Menurutnya, apabila air dari Kelurahan Cempaka sudah kembali mengalir sampai ke arah Kelurahan Sungai Tiung.
“Kelurahan Sungai Tiung daerah Basung depan masjid perbatasan, biasanya di sana yang paling parah. Padahal kami setiap jumat juga sudah gotong royong, sampah juga sudah berkurang,” bebernya.
Sementara itu, Wali murid Madrasah Miftahul Khairiyah Muslimah menerangkan, banjir yang sudah selutut orang dewasa ini bukan banjir yang terparah.
“Tanggal 5 Januari 2020, puncak banjir terjadi sampai 1,5 meter. Makanya, kami juga trauma hari ini banjir lagi dan langsung bergegas menyelamatkan barang berharga kami yakni dengan menumpuk meja kelas sampai tinggi 1,5 meter dan diatasnya kami taruh peralatan sekolah. Karena puncak banjir kemarin, semua buku, kitab, Alqur’an, maupun lainnya tak bisa terselamatkan,” ceritanya.
Secara terpisah, Murid Madrasah Miftahul Khairiyah, Muhammad Sadil mengaku, dirinya ikut membantu para guru yang sedang menyelamatkan barang berharga di sekolahnya seperti buku, kitab, Al-Quran, maupun lainnya.
“Puncak banjir tanggal 5 Januari 2020 kemarin, memang benar paling parah. Ini belum ada apa-apanya, hanya selutut saja tapi ini kan masih hujan bisa saja makin parah. Kemarin sampai sedada,” tandasnya. (ykw/maf)