BANJARBARU, koranbanjar – Saat ini, harga sayur di pasar mengalami kenaikan. Hal itu disebabkan musim kemarau serta dipengaruhi tingginya perawatan tanaman sayur petani di Kampung Sayur Landasan Ulin Utara, Jumat (4/10/2019) siang.
“Musim kemarau seperti sekarang memerlukan biaya lebih banyak. Karena pakai mesin air yang besar agar selalu ada air. Mesin pompa air, untuk menyiram biasanya bisa habis dua hingga tiga liter bensin perhari,” ujar Petani Sayur Kasturi kepada koranbanjar.net saat ditemui.
Ia mengaku, beberapa waktu lalu sempat memperdalam sumurnya. Sebab, air sumurnya sudah kering. Jika dibiarkan, sumur yang sudah kering tersebut dirinya tak bisa menyiram tanaman.
“Saya memperdalam sumur kena harga Rp.150 ribu per meter, lumayan mahal. Itu juga menjadi salah satu pengaruh naiknya harga sayuran. Kemudian yang menanam sayur sekarang juga sedikit,” katanya.
Dibeberkannya, contoh harga kangkung per ikat besar miliknya dijual dengan harga Rp.25.000, dari yang awalnya hanya Rp.15.000,” tuturnya.
Ia menerangkan, satu ikat besar kangkung terbagi menjadi sepuluh ikat kecil.
“Sayur sawi milik saya dijual dengan harga Rp. 20.000 sepuluh ikat kecil. Kemudian, dijual ke pengepul. Sehingga, di pasar pasti lebih mahal dibandingkan beli langsung ke petaninya seperti saya,” tambahnya.
Secara terpisah, pedagang sayur Pasar Bauntung Banjarbaru, Putri mengatakan dikarenakan sayur saat ini mahal, jarang yang membeli. Sehingga sampai beberapa lama membuat sayuran sering layu.
“Kalau sudah layu, otomatis pasti harga jualnya juga murah. Beli ke pengepul saja sudah mahal,” ucapnya.
Pembeli sayur, Sely, mengaku sudah biasa merasakan turun naiknya harga sayur.
“Saya sudah tidak kaget, seperti ini sudah biasa. Semoga cepat turun sajalah harga sayur, karena saya termasuk orang yang tidak bisa memasak jika tidak ada sayur di rumah,” pungkasnya. (ykw/maf)