Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Opini

Survey Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kinerja Dosen dan Administrasi Akademik Institusi

Avatar
263
×

Survey Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kinerja Dosen dan Administrasi Akademik Institusi

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa dan dosen. (Sumber Foto: Poltekkes Banjarmasin)

Survey kepuasan mahasiswa keperawatan terhadap kinerja dosen dan pelayanan akademik menjadi krusial dalam meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan.

Oleh: Nasrullah W, MMRS*

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

PENILAIAN kepuasan mahasiswa adalah indikator utama dari kualitas pengajaran dan pembelajaran di institusi pendidikan tinggi (Abidin & Choong, 2021).

Dengan memahami sejauh mana mahasiswa merasa puas terhadap kinerja dosen dan layanan akademik, lembaga pendidikan dapat mengidentifikasi area-area yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa, yang mana kepuasan mahasiswa memberikan umpan balik langsung tentang efektivitas metode pengajaran dosen dan kualitas materi pembelajaran yang disampaikan.

Studi tentang kepuasan mahasiswa di tingkat pendidikan kesehatan, khususnya keperawatan, dapat membantu merinci aspek-aspek spesifik yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum dan metode pengajaran (Fitriana & Suryani, 2020).

Pengertian kepuasan berasal dari kata puas yang berarti merasa senang, lega, kenyang, dan sebagainya karena sudah merasai secukup-cukupnya atau sudah terpenuhi hasrat hatinya.

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya (Oliver, 2011).

Beberapa faktor mempengaruhi kepuasan menurut Kusnanto 2019 adalah sebagai seperti aspek kenyamanan, aspek hubungan yang meliputi pemberian layanan, teknik komunikasi yang efektif serta kejelasan informasi, dan aspek biaya.

Pemahaman yang mendalam tentang kepuasan mahasiswa dapat memperkuat keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Mahasiswa merasa puas lebih mungkin terlibat secara aktif dalam kegiatan akademik dan memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk mencapai hasil belajar yang baik (Mamun & Misty, 2022).

Survey kepuasan mahasiswa juga mencerminkan efektivitas pelayanan akademik yang diberikan oleh institusi.

Dengan mengevaluasi tingkat kepuasan terhadap layanan akademik, institusi dapat memastikan bahwa proses administratif dan dukungan akademik memenuhi kebutuhan mahasiswa dengan baik (Nambiar & Yap, 2020).

Indikator kepuasan menurut Kusnanto 2019 terdiri dari ada 5 dimensi dapat dijadikan indikator dalam menilai kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi:

  1. Responsiveness (ketanggapan), kemampuan dalam memberikan pelayanan mahasiswa di lingkungan kampus.
  2. Reability (kehandalan), kehandalan dosen dalam memulai perkuliahan dan memahami materi yang akan diberikan.
  3. Assurance (jaminan), perlakuan pada mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul.
  4. Emphaty (empati), kemampuan pemahaman terhadap kepentingan mahasiswa dalam membina hubungan, memberikan perhatian jika terdapat masalah.
  5. Tangible (bukti langsung), sarana Pendidikan, media pengajaran dan prasarana pendidikan memadai

Hasil survey kepuasan mahasiswa dapat membantu identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kualitas interaksi antara mahasiswa dan dosen.

Studi oleh Gunawan, Aungsuroch, dan Fisher (2021) menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap kompetensi dosen dapat memengaruhi kepuasan mereka terhadap layanan akademik.

Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang faktor-faktor ini dapat membantu institusi dalam meningkatkan komunikasi dan hubungan antara mahasiswa dan dosen.

Terdapat beberapa metode pengukuran kepuasan (Nursalam, 2014) yang dapat digunakan untuk mengukur derajat kepuasan mahasiswa dalam menilai kinerja dosen seperti:

  1. Teknik rating (rating scale), teknik ini menggunakan directly reported satisfaction, simple rating, semantic difference technique (metode berpasangan).
  2. Teknik pengukuran langsung (directly reported saticfation), Teknik ini mengukur secara objektif dan subjektif bila stimulasi  jelas, langsung bisa diamati,dan dapat diukur.
  3. Metode berpasangan, metode berpasangan menyediakan beberapa objek yang harus dinilai, kemudian indivdu tersebut disuruh memilih pasangannya. Metode berpasangan sering dipakai karena lebih mudah menentukan pilihan antara kedua objek pada suatu waktu yang bersamaan, misal tingkat (response) perawat terhadap keluhan pasien. Dalam menganalisis data  diperoleh dari kuisioner, digunakan Skala Likert.

*Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Daftar Pustaka

  1. Abidin, Z., & Choong, Y. O. (2021). Assessing Student Satisfaction in Higher Education: A Case Study of a Malaysian University. International Journal of Higher Education, 10(1), 183-198. doi:10.5430/ijhe.v10n1p183
  2. Fitriana, D., & Suryani, D. (2020). Analysis of Nursing Students’ Satisfaction on Academic Services in Indonesia. Journal of Education and Learning, 14(3), 331-340. doi:10.11591/edulearn.v14i3.18297
  3. Mamun, M. A., & Misty, T. M. (2022). Assessing Nursing Students’ Satisfaction with Faculty Performance: A Case Study in Bangladesh. Journal of Health and Medical Sciences, 5(1), 16-28. doi:10.30560/jhms.v5n1p16
  4. Nambiar, R. M. K., & Yap, K. C. (2020). Factors Influencing Student Satisfaction in Malaysian Higher Education. International Journal of Asian Social Science, 10(8), 410-419. doi:10.18488/journal.1.2020.108.410.419
  5. Gunawan, J., Aungsuroch, Y., & Fisher, M. L. (2021). The Association between Perceived Faculty Competency and Nursing Students’ Satisfaction with Academic Support Services in Indonesia. Nurse Education Today, 104939. doi:10.1016/j.nedt.2021.104939

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh