Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Hukum & Peristiwa

Satu Pria di Kecamatan Cempaka Ini Meninggal Karena Keracunan Umbi Gadung

Avatar
400
×

Satu Pria di Kecamatan Cempaka Ini Meninggal Karena Keracunan Umbi Gadung

Sebarkan artikel ini
Pihak Inafis sedang menangani warga Bangkal yang keracunan umbi gadung, Senin (14/8/2023). (Sumber Foto: Polsek Cempaka/koranbanjar.net)

Seorang pria di Kelurahan Bangkal Kecamatan Cempaka, ini meninggal dunia akibat keracunan setelah memakan umbi gadung.

BANJARBARU,koranbanjar.net – Peristiwa itu terjadi pada Senin (14/8/2023).

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Disampaikan Kapolsek Cempaka AKP Singgih melalui Kasi Humas Aiptu Hendra Fahmi, mulanya korban I (30) sekitar pukul 15.00 Wita mencari umbi gadung bersama teman-temannya.

Setelah mendapatkannya, umbi itu dimasaknya bersama 4 orang temannya yang berada di lokasi kerja untuk mengkonsumsi umbi tersebut.

“Setelah mengkonsumsi itu, satu temannya merasa pusing dan mual. Kemudian dirinya meminum susu untuk menetralkannya, ” katanya.

Pada sorenya, mendapat kabar rekan-rekannya dilarikan ke Puskemas Cempaka untuk dirawat akibat memakan umbi gadung tersebut.

“Akibatnya korban I (30) meninggal dunia sekitar pukul 16.29 Wita. Untuk teman-temannya yang lain masih dirawat di Puskesmas Cempaka,” ungkapnya.

Kemudian pihak Puskesmas Cempaka juga melakukan pengambilan sampel umbi gadung yang dikonsumsi korban untuk dilakukan pemeriksaan.

Sementara itu, sesorang perani asal Madiun yang berada di Banjarbaru Sumiran (57) menjelaskan, umbi gadung itu tidak seharusnya dimakan langsung setelah diambil.

“Di kupas dulu lalu direndam di air sungai yang mengalir untuk menghilangkan racun pada umbi tersebut. Kemudian, prosesnya diinjak-injak berkali-kali setelahnya baru dikeringkan,” jelasnya.

Lanjutnya, setelah proses itu kembali dijemur berhari-hari. Menurutnya, proses itu untuk menghilangkan racun atau getah pada umbi gadung itu.

“Sekitar seminggu baru dapat diolah. Saya sering memakan itu di Jawa. Apalagi waktu saya kecil. Itu di Jawa harganya lumayan, karena mengandung karbohidrat yang tinggi, dan lebih enak dari umbi lainnya,” tuturnya. (maf/dya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh