LOMBOK UTARA,KORANBANJAR.NET – Masjid Jamiul Jamaah, Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, menjadi saksi bisu peristiwa gempa bumi yang melanda Lombok Utara, Nusa Tenggra Barat, pada Minggu (5/8) lalu.
Sebagaimana ditulis dalam laporan Humas Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kalsel berdasarkan kisah dari Tim ACT yang berada langsung di lokasi reruntuhan puing-puing Masjid Jamiul Jamaah, Rabu (8/8), yang diterima koranbanjar.net, pada hari Minggu (5/8) malam itu, kala gempa mengguncang Pulau Lombok, ada sekitar seratusan jamaah sedang menuntaskan pengajian dan shalat Isya berjamaah di Masjid Jamiul Jamaah.
Namun, secara seketika, Masjid Jamiul Jamaah yang terdiri dari 2 lantai itupun ambruk diguncang gempa berkekuatan 7,0 SR hingga rata dengan tanah.
Walaupun jamaah yang sedang berada di dalam masjid sebagian besarnya sempat melarikan diri dan dinyatakan selamat, namun belasan jamaah lainnya tak sempat menghindari reruntuhan bangunan masjid.
Beberapa menit pasca gempa, teriakan meminta pertolongan terdengar bersahutan dari dalam teruntuhan bangunan masjid.
Sejumlah warga dusun setempat pun kemudian segera mencari sumber suara permintaan tolong tersebut di tengah kondisi gelap akibat listrik yang padam pasca gempa,
Salah seorang warga Dusun Karang Pangsor, Hudri (32), mengatakan, ia bersama sejumlah warga lainnya berhasil menyelamatkan tujuh orang dari dalam reruntuhan.
“Tapi seorang yang kami kenal betul, Pak Ahmad, meniggal ketika kami evakuasi ke posko pengungsian,” katanya.
Setelah kejadian gempa besar itu, hingga kini, tak pernah ada yang tahu berapa jumlah korban yang masih terjebak di dalam reruntuhan masjid. Namun, sandal-sandal berdebu yang ditinggalkan pemiliknya dapat menjadi bukti bahwa pada malam gempa besar itu ada banyak jamaah di dalam masjid tersebut.
Dugaan lainnya, masih ada sekitar 5 korban yang belum diketahui nasibnya. Kemungkinan besar mereka masih tertimbun di dalam puing-puing beton masjid. Hidup atau sudah meninggal, tidak ada yang tahu.
Proses evakuasi terus dikerjakan sejak hari pertama pasca gempa. Hingga hari Selasa (7/8) sore, Tim ACT masih ikut berjibaku mencari korban di balik reruntuhan Masjid Jamiul Jamaah yang lokasinya berdekatan dengan rumah Lalu Muhammad Zohri, juara dunia sprinter 100 meter asal Kecamatan Pemenang.
Dalam proses evakuasi korban di reruntuhan Masjid Jamiul Jamaah, salah satu relawan ACT, Fathul Azim, yang memimpin operasi evakuasi korban, menceritakan, ia sempat mendengar suara lirih dan batuk dari dalam reruntuhan bangunan masjid.
“Kami di atas reruntuhan memanggil nama, dibalas dengan suara lirih dan batuk. Suara batuk ini membuktikan laporan masyarakat yang masih mendengar ada suara ‘minta tolong’ dari dalam reruntuhan sejak Senin dan Selasa kemarin,” ujar Azim.
Siang hingga menjelang gelap, proses evakuasi dikebut dengan menggunakan beko. Sumber suara batuk menjadi patokan proses pencarian. Runtuhan beton dua lantai diangkat satu persatu. Azim, membantu pengemudi beko mengawal proses penggalian reruntuhan tersebut.
Menurut Azim, sangat sulit melakukan penggalian karena dua lantai dari bangunan Masjid tersebut semakin padat ke bawah. Satu-satunya cara, mereka harus menggali lubang pada kubah masjid dan melakukan pemotongan besi.
“Kita menembus titik yang diduga posisi terakhir korban. Kemungkinan korban adalah seorang perempuan berusia sekitar 40-60 tahun,” ungkapnya.
Namun, hingga hari gelap, tidak ada tanda-tanda tubuh yang terlihat dalam reruntuhan. “Kami sudah berusaha sampai menjelang gelap. Tapi korban masih belum ditemukan. Kami akan terus melanjutkan evakuasi penuh pada hari Rabu (8/8) pagi hingga sore harinya,” pungkas pria asal Senggigi Lombok ini. (leo/dny)