Beredarnya foto dukungan Nahdlatul Ulama (NU) terhadap salah satu Paslon Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor dan H Muhidin, membuat PWNU Kalimantan Selatan harus angkat bicara, untuk memberikan klarifikasi.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Dalam foto tersebut berisi imbauan dari NU Kalsel untuk memilih Calon Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor yang ditulis sebagai Mustasyar NU Kalsel. Beredarnya foto ini sontak menuai berbagai respon, dalam diskursus kalangan NU sendiri.
“Secara kelambagaan, NU 100% netral. Namun bagi jamaah NU yang ingin mendukung pasangan calon, tentu sangat dipersilakan. Pilihlah calon pemimpin sesuai dengan hati nurani kita masing-masing. Asalkan tidak mengatasnamakan NU secara kelembagaan.” tegas Ketua PWNU, H Nasrullah AR, Rabu (2/6/2021) di Banjarmasin.
Dikatakan, tak sedikit pihak yang menanyakan kebenarannya dan menyayangkan, apakah benar NU mendukung pasangan calon dalam PSU Pilgub Kalsel 2020?
Karena itu, ungkap Nasrullah, selama ini NU selalu menjadi wadah organisasi Islam yang netral dan tidak pernah mau terseret politik praktis secara kelembagaan.
“Pertama, anggaran dasar NU sejak awal menyatakan tidak boleh NU terlibat dalam politik praktis, seperti mendukung calon bupati, calon gubernur, calon legislatif, DPD RI, dan lain sebagainya,” terangnya.
Lanjutnya, lambang NU sejatinya tidak boleh ditarik ke dalam kegiatan kampanye yang mendukung salah satu pasangan calon. Itu sudah jadi keputusan para alim ulama sejak NU tidak lagi menjadi partai politik,” jawabnya.
Dirinya kemudian menceritakan beberapa tokoh politik yang memegang teguh prinsip tidak menyeret NU secara kelembagaan ke dalam ranah politik praktis.
Seperti ketika Prof. K.H.Ma’ruf Amin mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden RI, yang bersangkutan mundur dari Rais Aam PBNU. Ada juga Rudy Arifin, Sultan Khaerul Saleh, Fauzan Saleh, semuanya ketika mencalonkan diri tidak menggunakan lambang NU secara kelembagaan dalam kampanye. Artinya secara kelembagaan NU sangat dijaga dari terlibat dalam politik praktis.
Dia menyampaikan, jika NU terlibat dalam politik praktis, apalagi hanya untuk PSU di 7 Kecamatan, maka itu akan sangat mengecilkan peran NU.
Padahal, sebutnya, NU sendiri mengemban kewajiban untuk menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil alamin untuk perdamaian dunia dan akhirat.
“Kita berharap akan terpilihnya pemimpin dengan akhlakul karimah, taat agama dan beribadah, taat bernegara, serta memiliki budi pekerti yang baik.” harapnya.(yon/sir)