Bertempat di aula kantor Desa Terusan Karya, sebanyak 30 petani di Bataguh ikuti pelatihan budidaya padi bebas residu selama 3 hari, 2-4 Nopember 2020. Pelatihan ini digelar oleh BBPP Binuang sebagai Unit Pelaksana Teknis BPPSDMP dalam rangka mendukung program food estate di wilayah Kalimantan Tengah.
KAPUAS,koranbanjar.net – Peserta adalah para petani dari 4 Desa lokasi program food estate, yaitu Desa Terusan Karya, Desa Terusan Mulya, Desa, Terusan Makmur, dan Terusan Raya.
Koordinator BPP Bataguh, Karyadi menjelaskan, mewakili Kadis Pertanian Kabupaten Kapuas menyampaikan bahwa areal lahan program food estate Kecamatan Bataguh ditargetkan lebih dari 5350 hektar, tersebar di beberapa desa.
Sarana produki sebagian sudah ada, namun sebagian belum ada. Pekerjaan lapangan masih difokuskan untuk mengejar pengolahan tanah.
“Ada 5350 hektar untuk mendukung program food estate. Hingga saat ini sebagian besar masih pada tahap pengolahan tanah,” ungkap Karyadi, Rabu (4/11/2020).
Karyadi juga menegaskan Bataguh memang merupakan sentra produksi padi lahan rawa yang sudah dikelola lama.
Meski sebagian besar adalah petani pendatang dari Jawa dan Bali, namun pengelolaan pertanian lahan rawa dapat dilakukan dengan baik menggunakan sentuhan-sentuhan teknologi yang direkomendasikan.
Dia mengakui bahwa pengembangan padi bebas residu dengan tidak menggunakan pestisida bukan hal yang mudah karena tingat serangan OPT yang tidak sedikit.
Petani sudah biasa bergantung pada penggunaan pestisida yang dianggap cepat untuk mengatasi OPT itu.
Dengan areal yang cukup luas, seluruh jajaran petugas dan penyuluh pertanian BPP Bataguh dengan tambahan tenaga dari mahasiswa dan instansi terkait terus mendampingi kegiatan lapangan. Saat ini sebagian besar masih dalam tahap penyiapan lahan.
Dia berharap budidaya padi bebas residu yang diharapkan nanti mendapat sambutan yang baik dari petani Bataguh dan bisa dimulai musim ini.
“Semoga petani siap dengan padi bebas residu, karena selama ini ketergantungan pada pestisida buatan sudah sangat tinggi bahkan juga pupuk. Namun, kami siap mendampingi program ini,” katanya.
Marhaenis Budi Santoso, mewakili BBPP Binuang mengatakan bahwa dalam program food estate komoditas utamanya adalah padi. Namun, ke depan diharapkan petani memproduksi padi yang sehat dan bebas residu.
Padi bebas residu menjadi penting karena produksi padi di food estate bukan sekedar untuk memenuhi keperluan sendiri, tapi memenuhi kebutuhan pasar. Pasar butuh bahan pangan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
“Pasar membutuhkan bahan pangan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Karenanya petani harus memproduksi padi bebasr residu pestisida. Untuk itu petani harus tahu bagaimana teknologinya dan mau menerapkan di ushataninya nanti,” ujar Marhaenis.
Marhaenis menegaskan, memproduksi padi bebas residu bukan hal yang mudah. Munculnya OPT di lapangan sering membuat petani panik dan cepat mengambil keputusan untuk menggunakan pestisida.
Melalui pelatihan ini petani dilatih bagaimana memproduksi padi bebas residu dengan tidak menggunakan pestisida sintetik, namun padi tetap aman dan hasil tetap tinggi.
Dia menyebut banyak teknologi yang bisa diterapkan. Teknologi itu perlu dikelola penerapannya secara simultan. Ini membutuhkan perubahan pada diri patani.
Dalam pernyataan penutupan, Marhaenis menyemangati petani untuk tidak kalah sebelum perang. Dia mendorong penggunaan teknik-teknik pengendalian OPT yang ramah lingkungan dan bangun kerjasama kelompok untuk mengatasi masalah di lapangan.
“Hindarkan penggunaan pestisida. Gunakan berbagai cara pengendalian OPT yang ramah lingkungan dan aman untuk pangan,” katanya.
Ada pestida nabati yang bisa dibuat sendiri, ada tanaman refugia yang bisa ditanam bersama, ada teknik trapping dengan berbagai cara dan bahan, dll. Itu yang perlu petani lakukan. Lakukan itu secara bersama, maka tak ada masalah yang tak dapat diatasi. (mbs/bbppbinuang/dya)