165 Muslim Uighur Terbunuh, Aksi Bela Islam Tuntut Presiden Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Cina

BANJARMASIN,KORANBANJAR.NET – Ratusan peserta aksi bela muslim Uighur berkumpul mengumandangkan takbir dan dzikir di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalsel, Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Jumat (28/12/18) siang.

Kata khilafahpun terus digaungkan oleh satu tokoh aksi, Hidayatul Akbar. Menurutnya penegakan khilafah sebagai satu-satunya solusi tuntas, untuk keselamatan kaum muslimin se dunia, termasuk di Xinjiang, yang saat ini mengalami genosida secara halus oleh rezim Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Karena negeri-negeri kaum muslimin yang terpecah lebih dari 40 negara, seakan tidak mempunyai kekuatan berarti, tanpa ada persatuan dalam satu ikatan

“Malaysia, Brunei, negara-negara OKI tidak punya kekuatan, karena kita tercerai berai, tidak lagi dalam satu tubuh, tidak dalam satu ikatan, padahal dulu kita satu, satu ikatan seperti ini,” tegas Hidayatul Akbar, sambil mencontohkan dengan mematahkan satu persatu bagian sapu lidi, dan kemudian memperlihatkan lagi satu ikatan sapu lidi utuh yang sulit dipatahkan.

Selanjutnya, saat orasi mubalig asal Martapura, Taufik NT menjelaskan, bahwa dalam lintasan sejarah, selama keberadaan Khilafah Islamiyah, kemuliaan satu orang muslim sangatlah dijaga, bahkan di masa Al Mu’tashim Billah, sempat dikerahkan puluhan ribu pasukan, dari Bagdad (Irak), ke Ammuriyah (Turki), hanya karena seorang muslimah dilecehkan.

“Saudara-saudara sekalian rahimakumullah, ini terjadi di dalam sejarah. Rasulullah SAW juga melakukan yang sama. Satu orang wanita, dizalimi o Yahudi Bani Qainuqa, maka Rasulullah SAW tidak hanya mengecam, Rasulullah SAW tidak hanya mengirim surat pemberitahuan, tidak Tapi Rasulullah SAW melakukan tindakan yang jelas, sehingga terbebaskannya kaum wanita tersebut,” urai Taufik saat orasi.

Sayangnya, tidak hanya pelecehan, bahkan nyawa pun telah banyak melayang dari muslimin dan muslimat di berbagai belahan dunia, termasuk dari kalangan etnis Uighur. Data kematian tersebut ditegaskan perwakilan orator dari ACT Kalsel, Muhammad Ridho Wardani, adalah fakta bukan hoaks.

“Terjadi kejahatan kemanusiaan juga di sana, dari mana menimbulkan korban jiwa, kehilangan nyawa sejak 2009, tercatat 165 jiwa terbunuh, dan juga seribu terluka, pengekangan kebebasan individu atau kehilangan rasa aman,” urai Ridho, saat berorasi sambil melihat data dari gawai yang dipegangnya.

Sebelumnya, ratusan peserta ini berjalan sekitar setengah kilometer dari pintu selatan Masjid Raya Sabilal Muhtadin menuju Kantor DPRD Kalsel.

Semuanya ramai mengibarkan bendera tauhid, sambil mengusung poster dan spanduk opini, yang isinya antara lain “Genosida Muslim Uighur, bukti kejahatan teroris Cina”, “Pemerintah RI segera ambil sikap tegas terhadap Cina, segera hentikan penindasan Muslim Uighur”, “Putuskan hubungan diplomatik dengan negara Teroris Cina”, “Rezim Jokowi kirimkan TNI”, dan “Rezim Jokowi stop pencitraan, selamatkan Muslim Uighur”.

Sayangnya, aspirasi masyarakat ini tidak tertampung dengan baik, dengan tertutupnya kantor DPRD Kalsel, beserta penjagaan ketat kepolisian, dan tidak ada perwakilan wakil rakyat yang keluar, hingga aksi damai berakhir.(al/sir)