BANJARMASIN, KORANBANJAR.NET – Menyedihkan. Itulah kesan yang tampak pada kehidupan yang dialami Aspan dan keluarga asal Kelayan Besar 1, Kecamatan Banjar Selatan, Kota Banjarmasin. Dia hidup serba kekurangan, bahkan terbilang di bawah garis kemiskinan.
Warga beralamat di Jl. Kelayan Besar 1, RT 27/ RW 02 Kelurahan Pemurus Luar ini memiliki tempat tinggal yang letaknya di pinggir sungai dengan kondisi bangunan yang sangat memprihatinkan. Selain atapnya banyak lubang, lantainya dan dindingnya pun juga demikian,saat diinjak bergoyang, bagian depan dan belakang penuh pelastik bekas spanduk dan terpal yang sudah lapuk.Kemudian bangunannya miring, ruang tamu, dapur dan tidur menjadi satu.
Selain kondisi yang demikian, rumah Aspan juga tidak memiliki aliran listrik, alasannya karena tidak ada biaya buat bayar tagihan. Jadi untuk penerangan, Aspan hanya ikut ndompleng di tempat tetangga.
Ironisnya, selama sekitar 15 tahun dia mengalami hal itu tak pernah mendapat bantuan sosial baik dari Pemko Banjarmasin maupun Pemprov Kalsel.
Saat koranbanjar.net berkunjung ke tempat tinggal Aspan, dia sedang menunggu sang istri pulang dari berjualan kangkung di pasar. Sambil duduk-duduk santai Ia menceritakan perihal kehidupan keluarganya yang mereka rasakan selama ini.
Aspan ( 50 ), seorang ayah dari seorang anak laki-laki yang kabarnya juga putus sekolah. Anaknya, M.Noor berusia kurang lebih 15 tahun. Awalnya M.Noor memang seorang pelajar di salah satu SD Kelayan Besar 1. Namun karena sang orang tua tidak ada biaya akhirnya pendidikan anak tersebut terhenti dan tidak sekolah lagi hingga sekarang.
“Bagaimana mau sekolahkan anak, uang darimana ? Bayar listrik aja tidak sanggup,” tutur Aspan.
Ketika ditanya koranbanjar.net apakah selama ini sudah pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, khususnya melalui Program Penanganan Fakir Miskin ( PPFM ), dia menjelaskan sudah sejak 15 tahun terakhir ini tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah atau PPFM.
“Dahulu kami dapat bantuan berupa sembako, sekarang sudah hampir 15 tahun ini kami tidak lagi mendapatkan,” ungkap Aspan.
Laki-laki buruh bangunan ini mengaku sudah beberapa kali menanyakan kepada RT setempat mengenai bantuan untuk keluarganya.
Menurutnya pihak RT beralasan tak bisa memberikan bantuan, karen kupon yang dia miiki hilang.
“Kupon saya memang hilang tetapi RT tidak mengarahkan bagaimana dan seperti apa caranya agar bisa mendapatkan bantuan itu kembali, seolah-olah tidak perduli terhadap kami,” ujarnya dengan nada pasrah.
Kemudian sang istri, Khairiyah ( 45 ) selain berjualan kangkung dari hasil mencari sendiri di persawahan atau perkebunan milik warga, kadang ia juga menjadi tukang cuci pakaian tetangga dengan upah ala kadarnya.
“Kalau lagi musim hujan saya cari kangkung untuk di jual ke pasar, tapi kalau lagi musim panas kebetulan ada tetangga yang nyuruh minta dicucikan bajunya, yaa harus saya ambil kan lumayan buat beli beras dan kebutuhan lainya,” ungkapnya.
Keluarga Aspan berharap agar pemerintah provinsi Kalimantan Selatan dalam program PPFM nya untuk turun kembali melihat keadaan mereka yang jauh di katakan mampu bahkan jauh di bawah garis kemiskinan yang tidak mendapatkan sepeserpun bantuan sosial dan dalam bentuk apapun.(leo )