Tak Berkategori  

Penjual Bendera Merah Putih di Tapin Keluhkan Sepi Pembeli

Kemeriahan kemerdekaan Indonesia ke-75 masih belum nampak. Bahkan cenderung sepi. Setidaknya, hal ini dapat terlihat dari lesunya penjualan bendera merah putih. Tak ditampik, pandemi Covid-19 menjadi penyebab sepinya pembeli, Minggu (9/8/2020).

TAPIN, koranbanjar.net – Pak Uban (45) seorang kepala rumah tangga yang berjualan bendera dan umbul-umbul di pinggir lapangan 17 Mei Dwi Darma. Ia sedang duduk sejenak dibawah pohon taman, kawasan jalan A. Yani Kabupaten Tapin sambil menunggu pelanggan.

Setiap menjelang 17-an, Pak Uban biasa berjualan bendera merah putih. Dirinya sadar, efek Covid-19 tentu akan mempengaruhi usahanya. Tak peduli, ia tetap melanjutkan apa yang sudah ia niatkan mencari rezeki halal.

Selain pak Uban, tiga anaknya juga berjualan bendera musiman. “Satu di pinggir jalan siring Ruang Terbuka Hijau (RTH), satu di bundaran bypass dan satu lagi di kandangan,” ujarnya.

Resiko besar berjualan saat pandemi, tidak membuatnya takut. Ia lebih memilih nekat, ketimbang tidak bisa makan. Dirinya butuh uang, untuk membiayai hidup keluarga.

“Setiap tahun, kami mulai jualan tanggal 1 sampai tanggal 15 Agustus biasanya. Sekarang jualan di tengah pandemi kaya gini sulit, yang biasanya lebih dari Rp500 ribu perhari, sekarang cuma dapat Rp250 ribu sampai Rp350 ribu perhari,” lirihnya.

Ia mengatakan, setiap ukuran bendera yang ia jual memiliki harga yang berbeda. Adapun harganya mulai Rp 20 ribu hingga Rp 65 ribu.

Pak Uban adalah seorang perantau asal Garut Bandung, yang mengkontrak di simpang tiga Baluti Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) sejak pertengahan 2013 lalu. Yang kesehariannya berjualan jemuran baju di pasar Kandangan.

“Sekarang sepi pembeli, sekitar 70 persen turunnya dibandingkan tahun kemarin. Kalau sehari-hari aku jualan jemuran baju,” tutupnya. (MJ-031/maf)