Kontrasnya Pedagang di Dalam dan Luar Pasar Galuh Cempaka

Pasar Galuh Cempaka Kota Banjarbaru, Jumat (9/6/2023) pagi. (Sumber Foto: Saukani/Koranbanjar.net)
Pasar Galuh Cempaka Kota Banjarbaru, Jumat (9/6/2023) pagi. (Sumber Foto: Saukani/Koranbanjar.net)

Sepinya pedagang di dalam Pasar Galuh Cempaka Kota Banjarbaru dan banyaknya pedagang yang menggelar barang dagangannya di sepanjang jalan umum depan pasar, dikeluhkan para pedagang itu sendiri dan juga pengguna jalan.

BANJAR, koranbanjar.net Pedagang Pasar Galuh Cempaka yang berada di bagian dalam nampak sepi dengan lapak sebagian kosong, kontras dibagian luar berjubel pedagang menggelar lapak, Jumat (9/6/2023).

Pantauan koranbanjar.net bukan hanya semrawut dengan berjubel lapak pedagang tapi permasalahan lainnya jalan setempat pun digunakan untuk menggelar dagangan.

Pasar Galuh Cempaka yang berdiri sekitar 5 tahun dengan menelan biaya kurang lebih Rp6 miliar, ini sampai sekarang dikabarkan belum memberi dampak berarti bagi para pedagang.

Bahkan, terlihat tidak saja banyak lapak kosong untuk para pedagang di dalam bangunan, sebagian bangunan luar mengalami kerusakan.

Raihan salah satu pedagang kain yang lebih 17 tahun berjualan di pasar ini mengatakan pembangunan Pasar Modern Galuh Cempaka menurutnya salah konsep.

Sepinya lapak pedagang di dalam Pasar Galuh Cempaka kontras bagian luar, Jumat (9/6/2023) pagi. (Sumber Foto: Saukani/Koranbanjar.net)

Dirinya lebih memilih berjualan di lapak luar bangunan lama karena di dalam kesulitan para pedagang untuk keluar masuk barang.

Ditambah lagi lapak permanen dagangan yang tinggi serta konsumen lebih memilih membeli barang dagangan di luar.

“Pedagang ingin lapak tradisional di bawah tapi tetap tertata dan teratur, bukan seperti ini tinggi lapaknya,” keluh dia.

Arahan dan sosialisasi pemerintah maupun dinas terkait setelah awal bangunan berdiri, juga belum ada dampak signifikan untuk mengisi kekosongan lapak dan mendatangkan pembeli.

“Pemerintah ingin menjadikan pasar harian di Pasar Galuh Cempaka, tapi masyarakat dan para pedagang belum siap karena di sini pasar mingguan, dua kali dalam seminggu digelar pasaran,” ungkapnya.

Harapannya sekaligus mewakili sebagian pedagang yang lain, ketegasan dinas terkait dan bagaimana kebijaksanaan agar para pedagang yang di pinggir jalan supaya tidak mengganggu aktifitas pengguna jalan.

“Mereka terpaksa berjualan karena tidak ada tempat lagi di lapak bangunan lama, bahkan sebagian kecil pedagang yang di dalam pasar bangunan yang baru, mereka juga memilih di luar kalau masih ada tempat untuk berjualan seperti lapak bawah bangunan lama,” beber dia. (kan/dya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *