BANJARBARU, koranbanjar.net – Sejak Julli lalu hingga saat ini, sudah ada tiga helikopter water bombing yang dikirimkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kalsel lewat jalur udara.
Kepala BPBD Kalsel, Wahyudin, saat ditemui koranbanjar.net di kantornya, Kamis (22/8/2019), mengatakan helikopter water bombing hanya digunakan saat keadaan darurat saja. Sebab, jam terbangnya terbatas. Selain itu biaya terbangnya juga terbilang mahal.
“Satu heli bombing sudah habis masa jam terbangnya. Besok saya harus lapor ke pusat agar dapat segera diperpanjang,” ujarnya.
Sedangkan biaya terbang helikopter, sesuai informasi yang didapat Wahyudin, kontraknya Rp 30 juta dalam tiap satu jam terbang.
“Satu helikopter terbang bisa sampai 4 jam. Berarti satu unit helikopter dengan waktu terbang 4 jam biayanya bisa mencapai Rp 120 juta,” ungkapnya.
Biaya tersebut sudah ditanggung oleh BNPB dengan waktu kontrak 100 jam per satu unit helikopter. Jika dikalkulasikan, maka biaya terbang satu helikopter mencapai Rp 3 miliar.
Sementara untuk jumlah luas lahan di Kalsel yang terbakar, dia menyebutkan hingga saat ini sudah mencapai 1.500 hektar lebih. Setiap harinya, ujar Wahyudin, pasti ada terjadi karhutla.
Untuk lebih jelasnya, berikut data lengkap karhutla di Kalsel terhitung dari 1 Januari-21 Agustus 2019:
Dari data di atas, dapat dilihat kejadian karhurtla terbanyak sementara ada di daerah Kabupaten Tanah Laut, yakni 154 kali kejadian. Sedangkan lahan terbanyak yang terbakar ada di daerah Kabupaten Tapin, dengan luas 300.6 hektar. (ykw/dny)