Tak Berkategori  

Warga Wasah Tengah Sukses Kembangkan Usaha Budidaya Jamur Tiram

Fikri Rezqan (29) warga Jalan Bukhari, Desa wasah tengah Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) berhasil meraup keuntungan dengan budidaya jamur tiram ditengah pandemi virus corona atau Covid-19, Senin (24/8/2020).

HSS, koranbanjar.net – Usaha budidaya jamur tiram ini mulai ditekuni Taplak, sapaan akrab Fikri Rezqan ketika kolam penampungan ikan dibelakang rumah tidak dapat digunakan kembali.

Karena tidak diisi ikan lagi, Taplak memilih mengembangkan usaha budidaya jamur tiram yang telah direncanakannya sejak kuliah dulu.

“Terinspirasi waktu kuliah tahun 2016, ada rencana. Namun, karena padatnya jadwal di kampus tidak ada waktu untuk mengerjakan,” ucap Taplak.

Bermodalkan niat dan uang sekitar Rp 4,6 juta untuk membeli baglog (media tempat tumbuhnya jamur) serta lainnya, akhirnya Taplak sukses membudidayakan jamur tiram dengan lahan seluas 2×5 meter.

“Modal pertama, pembuatan rak atau tempat budidaya Rp 600 ribu. Kemudian, kurang lebih Rp 4 juta membeli baglog sebanyak 600 buah,” ujarnya.

Memulai budidaya pada Juni 2020, Taplak kini sudah dapat meraup keuntungan dengan memanen tanaman jamur tiram hampir setiap harinya.

“3 bulan sudah bisa dipanen, kalau 1 hari bisa sampai 3 kilogram berhasil dijual,” jelas Taplak.

Sedangkan pemasaran produk, Taplak mengandalkan kecanggihan teknologi informasi melalui media sosial serta para pengepul jamur tiram di wilayah HSS.

Pasalnya, permintaan atau pangsa pasar jamur tiram di HSS banyak tetapi pelaku budidaya masih cukup minim.

Ia membuat produk jamur tiram dalam kemasan plastik dengan nama “Koelat HSS” (kulat bahasa Banjar artinya jamur), dapat dipesan melalui media sosial @koelathss atau telepon 0822-5156-4063.

“Kita panen ketika ada pesanan dari pelanggan agar jamur segar, awet selama 2 sampai 3 hari. Harganya Rp 12 ribu perbungkus isi 200 gram,” tutur Taplak.

Dijelaskannya, untuk budidaya jamur tiram ini gampang-gampang susah. Seperti menjaga kelembaban udara, harus dibawah 30 derajat celcius.

“Itu berpengaruh pada hasil, karena kalau terlalu panas maka hasil akan kurang optimal,” ungkapnya.

Kedepannya, Taplak berencana akan menambah jumlah baglog untuk meningkatkan hasil produksi usahanya.

Tak menutup kemungkinan pihaknya akan meminta bantuan kerjasama kepada pemerintah daerah agar produknya terus berkembang. (MJ-30/maf)