Warga Geram Karena Sering Tidak Kebagian Gas Elpiji

BANJARMASIN, KORANBANJAR.NET – Banyaknya warga Kelurahan Basirih Selatan, Banjarmasin, yang tidak kebagian gas elpijii 3 kg, membuat para penggunan si tabung melon tersebut menjadi geram.

Saat ditemui koranbanjar.net di rumahnya, Senin (3/12/2018), salah satu warga Jalan Tembus Mantuil, Kelurahan Basirih Selatan, Asri –bukan nama sebenarnya–, mengatakan, ia dengan warga setempat lainnya memang sering tidak kebagian jatah gas elpiji.

Ia menduga, pihak pangkalan tabung gas di Kios Putra yang berada di Jalan Tembus Mantuil, Komplek Perdana Abadi, memang tidak membaginya secara merata karena sering dijual keluar wilayah.

Padahal, menurut Asri, saat warga setempat ingin membeli gas elpiji 3 kg di pangkalan, tak jarang mereka berpapasan langsung dengan mobil pengangkut gas tersebut.

“Kami melihat langsung mobil truk pengangkut elpiji datang mengantar gas, tapi kata pemilik pangkalan gasnya sudah habis. Bagaimana ceritanya. Dilarikan kemana gas itu, kan mustahil baru datang gasnya tapi langsung habis,” ujarnya kepada koranbanjar.net

Selain pangkalan gas elpiji di Kios Putra yang berada tak jauh dari rumahnya tersebut, menurut Asri, ada lagi beberapa pangkalan lainnya yang juga diduga menjual gas elpiji 3 kg kepada pengecer luar yang diangkut lewat sungai menggunakan kelotok.

“Di pangkalan Hendrik juga sama, tidak mengutamakan masyarakat setempat. Malah di saat subuh, pernah ada warga sini yang melihat tabung gas diturunkan ke dalam kelotok dari pangkalan Hendrik. Tidak tahu akan dibawa kemana dan akan dijual kemana,” sambungnya dengan sedikit emosi.

Senada dengan Asri, beberapa warga yang sedang berkumpul di salah satu warung yang berada tak jauh dari pangkalan gas elpiji di Kios Putra juga berpendapat sama.

“Kami di sini banyak yang kecewa dengan pangkalan di daerah sini, mobilnya jelas-jelas hanyar aja datang, tapi pas kami kesana dibilang habis. Sedangkan yang jauh-jauh di luar kampung dilayani saja. Bagaimana kami tidak marah dan kecewa hingga nyaris berkelahi lawan pemilik pangkalan,” ujar salah satu warga yang berad di warung tersebut.

Saat ditemui koranbanjar.net, pemilik pangkalan Kios Putra, Lily, mengaku dirinya tidak pernah menjual gas elpiji 3 kg ke wilayah lain seperti apa yang diceritakan oleh para warga setempat.

Diberitahukannya, pangkalan miliknya hanya mendapat jatah 90 biji tabung gas elpiji 3 kg oleh Pertamina. Hal demikian membuat dirinya tidak bisa melayani semua warga yang datang dengan jumlah dua ratus orang lebih.

“Mungkin karena itu masyarakat di sini menjadi kesal. Bayangkan aja pak, bagaimana saya harus membagi rata dengan jumlah 90 biji itu. Saya sudah meminta Pertamina untuk menambah kuota agar sesuai dengan jumlah pengguna gas elpiji 3 kg di sini.” Jelas Lily.

Pemilik pangkalan gas elpiji lainnya, Siti Fatimah, juga mengaku bahwa kuota elpiji 3 kg di pangkalannya tidak sesuai dengan jumlah warga yang ia layani di tiga RT sekaligus yang berjumlah sekitar 400 orang lebih.

“Tidak ada kami memainkan harga. Dalam keadaan situasi seperti ini, paling berani kami menaikan harga Rp 18.000 dari HET senilai 17.500. Saya memang benar ada melebihkan salah satu pelanggan saya karena dia memang pengecer tetap di pangkalan saya. Ini sudah saya laporkan ke Pertamina untuk didata sebagai salah satu pengecer yang terdaftar,” terang Fatimah saat ditemui koranbanjar.net.

Ia menceritakan, agar warga tidak berebut saat membeli gas elpiji 3 kg, dirinya membagikan kartu dengan persyaratan KTP bagi setia pembeli. Namun, dikatakannya, warga tetap saja sering rebut karena berebut membeli si tabung melon.

“Kami memberikan kartu dan persyaratan ktp, tetapi tetap aja ribut dan warga sering cekcok dengan kami. Kami sudah kenyang pak ini disumpahi warga sini,” keluhnya.

Meski demikian, hingga saat ini, para aparat desa dan penegak hukum setempat, jarang melakukan pengawasan dan pengontrolan ke wilayah Kelurahan Basirih Selatan. Bahkan, pihak Pertamina pun sama sekali tidak pernah melakukan pemantauan langsung ke wilayah Kelurahan Basirih Selatan. (al/dny)