VRI Kalsel Sharing Sesi Kemanusiaan Jurnalisme Kebencanaan

VRI Kalsel menggelar sharing session kemanusiaan terkait wawasan jurnalisme kebencanaan dan filantropi sosial di Balai Rakyat Barabai, Sabtu (21/5/2022) pagi.
VRI Kalsel menggelar sharing session kemanusiaan terkait wawasan jurnalisme kebencanaan dan filantropi sosial di Balai Rakyat Barabai, Sabtu (21/5/2022) pagi.

Vertical Rescue Indonesia Regional Kalimantan Selatan (VRI Kalsel) sebagai salah satu wadah para personel penyelamat di berbagai medan berbahaya, sudah selayaknya harus memiliki berbagai macam keterampilan terkait hal tersebut.

BARABAI, koranbanjar.net – Salah satu bentuk upaya meningkatkan kapasitas personel, VRI Kalsel menggelar sharing session kemanusiaan terkait wawasan jurnalisme kebencanaan dan filantropi sosial di Balai Rakyat Barabai, Sabtu (21/5/2022) pagi.

Dalam kegiatan itu turut menghadirkan dua narasumber, yakni Rusmanadi, salah satu pimpinan media di Kalimantan Selatan dengan berbagi wawasan jurnalisme kebencanaan, serta Retno Sulisetiyani, Manager Yayasan Ruang Pelita Kalimantan dengan filantropi sosial.

Eddy Supriatna, Koordinator VRI Kalsel mengungkapkan, sebanyak 30 peserta dari berbagai latar belakang turut mengikuti kegiatan itu.

Pihaknya pun membuka diri kepada siapapun untuk turut bergabung sama-sama belajar terkait wawasan kebencanaan itu.

Menurutnya, wawasan ini sangat penting dimiliki para personelnya, agar ketika bertugas merespon di lapangan dapat memahami rambu-rambu yang boleh dilakukan, serta bisa mengembangkan gerakan sosial yang dihadapkan kebermanfaatannya bisa lebih meluas.

Selain itu Rusmanadi turut menyampaikan, di samping keterampilan penyelamatan, keterampilan jurnalistik pun juga tak kalah penting dimiliki para personel, yakni tulisan, foto jurnalistik serta kaidah-kaidahnya.

Ditambahkan, wawasan yang dibagikannya diharapkan direspon para personel VRI untuk bisa menjadi mata dan telinga masyarakat agar respon yang diberikan bisa lebih terarah.

Di samping memberikan respon, para personel memberikan data dan fakta di lapangkan, agar kelanjutan penanganan sama-sama bisa dikawal.

“Seperti halnya saat bencana banjir, banyak orang yang terjebak saat terjadi banjirnya saja. Sedangkan, pemulihannya banyak yang tak terekspose. Ini jadi PR kita bersama untuk mengevaluasinya,” jelasnya.

Di samping itu, dengan pengawasan tersebut, penanganan bencana pun dapat lebih terarah dan mitigasi bencana dapat berjalan lebih maksimal, yang diharapkan bencana serupa tidak terjadi lagi.(mdr/sir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *