Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari merupakan seorang ulama Banjar yang dikenal masyarakat Kalimantan Selatan, sebagai seorang wali Allah.
Dalam riwayat hidupnya diceritakan, Tuan Guru Zainal Ilmi memiliki keistimewaan yang diyakini sebuah karomah, salah satunya pernah memadamkan kebakaran dengan hanya menyiramkan air ke jalan di depan rumah.
Tuan Guru Zainal Ilmi Al-Banjari, seorang ulama besar asal Desa Dalam Pagar, Kota Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Dia dilahirkan pada Jum’at malam sekitar pukul 04.30 Wita, 7 Rabiul Awwal 1304 H di Desa Dalam Pagar, Kota Martapura Timur.
Ulama Banjar ini merupakan zuriat dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau juga dikenal Datuk Kelampayan. Ayahnya bernama H. Abdus Shamad bin H. Muhammad Said Wali, keturunan keempat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dikenal dengan nama Datu Kalampayan sedangkan ibunya bernama Hj. Qamariyyah.
Dalam satu riwayat, Tuan Guru Zainal Ilmi adalah khalifah dari Mufti Indragiri Riau, Syekh Abdurrahman Siddiq atau juga dikenal dengan sebutan Datu Sapat.
Ketika Abdurrahman Shiddiq hendak pergi ke Tembilahan Riau, dia sempat ditanya seseorang di Desa Dalam Pagar, “Siapa pengganti guru di kampung ini kalau guru berangkat nanti?”
Syekh Abdurrahman Siddiq menjawab “Anang Ilmi penggantiku,” sambil menepuk bahu Tuan Guru Zainal Ilmi. Ketika itu, Tuan Guru Zainal Ilmi langsung terkejut dan tertunduk. Nah, sejak itulah, Tuan Guru Zainal Ilmi tidak pernah menengadahkan wajahnya, melainkan selalu menunduk.
Tuan Guru Zainal Ilmi memiliki perawakan gemuk dan tidak terlalu tinggi. Dia sangat dihormati karena memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Suka menyantuni fakir miskin dan janda-janda tua.
Diceritakan bahwa beliau membagikan santunan ketika malam tiba secara sembunyi-sembunyi.
Konon dalam kisah lain disebutkan tentang karomah Tuan Guru Zainal Ilmi. Satu ketika, Tuan Guru Zainal Ilmi sedang mengajar murid-murid di kediamannya, di tengah-tengah pengajian beliau berkata “Kita berhenti sebentar.”
Kemudian dia masuk ke dalam kamar, melepas pakaian luar kemudian bergegas mengambil dua timba dan pergi ke sungai di depan kediamannya. Timba itu diisi air dan disiram ke jalan raya, satu ke sebelah kanan dan satu ke sebelah kiri.
Setelah melakukan hal itu, Tuan Guru Zainal Ilmi kembali ke rumah dan bertemu dengan ibunya. Ibunya yang keheranan dengan tingkah laku sang anakpun bertanya.
“Mengapa kamu siramkan air itu ke jalanan, sedangkan kamu susah payah mengambilnya dari sungai, lebih bermanfaat air itu mengisi tempat air yang kosong?”
Tuan Guru Zainal Ilmi menjawab “Kita menolong orang yang kesusahan, bu. Ada orang yang sedang kebakaran.” “Apakah kebakaran terjadi di tengah jalan?” tanya ibunya beberapa kali.
Berselang tiga hari, datanglah orang berkunjung kepada Tuan Guru Zainal Ilmi dengan ungkapan yang mengagetkan.
“Guru, kami sangat berterima kasih kepada guru. Di kampung kami terjadi kebakaran dan membawa korban beberapa rumah penduduk, kemudian saya bertawasul dengan meminta pertolongan kepada Allah.
Setelah itu, saya lihat guru datang memberikan pertolongan dengan membawakan dua buah timba dan menyiramkan air ke api, sehingga padam seketika. Inilah keperluan saya ziarah ke sini, sekadar menyampaikan ucapan terima kasih atas pertolongan guru kepada kami di kampung Sungai Salai Margasari Rantau, Tapin,” tuturnya.(sumber : wikipedia.org/sir)