Tradisi Batunggu di Musim Duren, Begini Kisahnya ….

PENGARON – Setiap tahun panen buah duren warga di Desa Maniapun, Kecamatan Pengaron, melakukan kegiatan batunggu (memantau buah durian yang jatuh, red), bisa selama 2 bulan lebih.

Seperti yang dilakukan Muhammad Zuhri (55) , warga Desa Maniapun ini. Sudah hampir satu bulan setengah, dia tinggal di kebun selama musim panen duren. Harga durian di sana juga sangat murah jika langsung ke kebun.

“Soalnya kalau tidak dipantau bisa-bisa durian yang jatuh nanti hilang atau dimakan binatang,” ujarnya.

Kawasan Desa Maniapun yang masih tergolong terjaga hutan, membuat banyak binatang liar yang menjadi hama bagi para petani duren, di antaranya adalah bangkui (binatang sejenis kera, namun berukuran besar, red) dan juga tupai. Hal tersebutlah yang memuat para petni harus  berjaga selama musim panen.

Selain itu, duren di Desa Maniapun juga memiliki nama yang sangat unik. Seperti yang sering dicari para pembeli, seperti si pengantin, karena rasanya yang sangat manis dan juga daging buahnya yang tebal, walau bentuknya memang sedikit lebih kecil dari durian biasanya membuat para pembeli menjadi sangat menyukai duren ini.

“Kenapa duren ini saya beri nama begitu? Karena duren ini hasil perkawinan dari berbagai jenis duren” tutur Zuhri.

Menurut adat orang terdahulu di Desa Pengaron, apabila memiliki pohon duren tapi tidak diberikan nama, maka buah duren itu akan mencelakai sang pemilik, atau buahnya akan menjatuhi kepala sang pemilik.

“Cara menamainya  juga sangat unik, sang pemilik hanya melihat dari biji buah dan juga daging duren, bisa juga dari biibitnya,” tambahnya.

Hampir 90% masyarakat Desa Maniapun memiliki kebun duren, dan pemasaran buahnya juga sangat luas, mencapai Palangkaraya, Sungai Danau dan daerah-daerah besar  lainnya.

Untuk harga duren di Desa Maniapun juga sangat murah, apabila membeli langsung ke dukuhnya (sebutan masyarakat sana tentang lokasi kebun, red) untuk ukuran yang sedang hanya Rp15 ribu, dan untuk yang besar mencapai Rp25 ribu.

Para petani juga sudah mulai melakukan pembibitan duren dan penjualan bibit yang siap tanam,  dengan melakukan penanaman biji lewat metode poliback, para petani memasarkan bibit duren di pasar dengan harga dari Rp20 ribu sampai Rp25 ribu.

Akses jalan ke Desa Maniapun juga sangat mudah untuk didatangi, karena sudah beraspal dan jika ingin langsung ke kebun akses jalan juga sangat mudah, walau hanya sebatas penyamenan saja namun sangat mudah.(sen)