Tak Berkategori  

Tokoh Nomor Dua Iran Terbunuh, Iran-Amerika Makin Tegang

JAKARTA – Kematian Jenderal Qaseem Soleimani memicu ketegangan antara Iran dan Amerika. Teheran membalas kematian Suleimani itu dengan menembakkan puluhan peluru kendali ke arah dua markas pasukan Amerika di Irak, yakni pangkalan udara Ain al-Assad di Provinsi Anbar dan fasilitas militer di Irbil. Presiden Trump mengklaim tidak ada personil Amerika yang menjadi korban dalam serangan itu.

Sehari kemudian Amerika memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi tambahan terhadap Iran.

Terkait dengan ketegangan hubungan dua negara ini, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Fadel Muhammad pada Jumat pagi (10/1) menyambangi rumah dinas Duta Besar Iran untuk Indonesia Muhammad Khoush Haikal Azad di Jakarta Pusat.

Ia menyampaikan simpati dan belasungkawa atas kematian komandan Brigade Quds Mayor Jenderal Soleimani.

Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad datang ditemani mantan Duta Besar Indonesia untuk Iran Dian Wirengjurit dan sejumlah anggota Komite Indonesia-Iran di Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, Fadel juga menyampaikan rasa simpati dan ucapan duka cita dari Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani.

Politikus Partai Golongan karya ini juga sempat mengisi buku pernyataan belasungkawa yang disediakan bagi para tamu dengan latar bingkai foto bergambang mendiang Qaseem Soleimani.

Kepada wartawan usai pertemuan, Fadel menegaskan dirinya sangat menyesalkan tindakan Amerika membunuh tokoh nomor dua Iran itu.

Soleimani bersama wakil pemimpin paramiliter PMF (Pasukan Mobilisasi Rakyat) dan sepuluh orang lainnya tewas Jumat pekan lalu (3/1) di Baghdad Irak. Ia dihantam dua peluru kendali yang ditembakkan pesawat nirawak Amerika.

“Kita menghendaki supaya ada jalan keluar yang baik, yaitu ada perdamaian. Tetapi kami minta kepada Amerika jangan terlalu angkuh, jangan terlalu arogan dalam melihat perkembangan yang ada di dunia saat ini, terutama yang di Iran,” kata Fadel.

Fadel meminta pemerintah Joko Widodo bersikap tegas dan jelas dalam menyikapi konflik terbaru Iran-Amerika.

Dalam kesempatan itu, Duta Besar Iran untuk Indonesia Muhammad Khoush Haikal Azad, menegaskan pembunuhan Soleimani oleh Amerika merupakan tindakan yang sudah melampaui batas. Sebab kunjungan Soleimani ke Baghdad atas undangan Perdana Menteri Irak Adil Abdul Mahdi.

Soleimani dijadwalkan menyampaikan jawaban Iran atas proposal damai yang ditawarkan Arab Saudi melalui Abdul Mahdi. Abdul Mahdi berperan dalam proses negosiasi tidak langsung antara Iran dan Saudi buat mengakhiri permusuhan antara kedua negara tersebut.

Tidak seperti tudingan Amerika yang menyebut Soleimani sebagai teroris, Azad menegaskan Soleimani adalah pahlawan, bukan hanya bagi Iran tapi juga untuk rakyat negara lain di Timur Tengah. Dia mencontohkan ratusan ribu hingga jutaan pelayat menghadiri salat jenazah Suleimani, mulai dari Baghdad, Karbala, dan Najaf di Irak; hingga Ahvaz, Masyhad, Teheran, dan Kerman di Iran.

“Bukan kami yang memulai perang, kami tidak ingin menciptakan perang. Jadi berdasarkan pembunuhan dan tindakan brutal (terhadap Qaseem Soleimani), kami sudah melakukan reaksi setara. Kami tidak ingin memperburuk situasi, kami sangat menahan diri. Kalau ada balasan, tentu saja akan membela negara kami,” ujar Muhammad Azad.(fw/em/voa/koranbanjar.net)