Tarif Kapal Feri Dinilai “Mencekik”, Pemilik: Tarif Itu Banyak Potongan

Tarif kapal feri angkutan mobil barang di Jl Alalak Utara, Kayu Tangi Ujung dinilai para sopir tarifnya mahal atau “mencekik.” Namun sebaliknya, pemilik kapal feri menyatakan, tarif itu masih terbilang standar, karena dari tarif yang dibayarkan ada beberapa potongan yang harus dia keluarkan, seperti membayar sewa lahan parkir.

BANJARMASIN, koranbanjar.net –
Sebagaimana diungkapkan sejumlah sopir ketika melakukan aksi demo di Jl Kayu Tangi di depan Unlam Banjarmasin, Sabtu (23/1/2021), seperti Safari dan Arifin, bahwa mereka membayar tarif kapal feri penyeberangan di Jl Alalak Utara, Kayu Tangi Ujung itu sangat mahal.

Mahalnya tarif feri milik PT Rannisa Delapan Tiga Satu tersebur juga dinilai telah memanfaatkan situasi banjir, yang menyebabkan banyak jalan terputus, hingga memaksa sopir angkutan harus melewati kapal penyeberangan.

“Bayangkan aja, satu unit 300 ribu bayar, ada yang 500, kalau untuk tronton dari 1 juta sampai 1,5 juta, biasalah manfaatkan kesempatan, yang namanya kita perlu, mau tidak mau,” ujarnya sambil diiyakan para sopir lain.

Direktur Utama atau Pengelola Kapal Penyeberangan, Haji Rannisa sekaligus owner feri berwarna hijau langit itu ketika dikonfirmasi membantah kalau dikatakan dirinya memanfaatkan kesempatan kala banjir membuat banyaknya jalan darat yang putus atau tidak dapat dilewati sebab ketinggian air.

Namun dia membenarkan telah mematok tarif penyeberangan seperti apa yang diutarakan para pahlawan penyalur logistik itu. Kendati demikian dirinya menyebut tarif penyeberangan yang dikenakan tergantung janis kendaraan.

“Kalau untuk truk biasa 300 ribu satu unit, kalau truk besar sejenis fuso itu 500 ribu dan kalau yang 1 juta sampai 1,5 juta itu berlaku pada kendaraan panjang bawa alat berat, seperti tronton,” ungkapnya.

Rannisa mengaku memiliki feri jenis LCT sebanyak 3 buah, 1 unit digunakan untuk penyeberangan, 2 unit lainnya dipakai PT Pertamina. Dijelaskan, 300 ribu itu bukan keuntungan, tetapi belum potong BBM, sewa alat berat untuk membantu mendorong badan feri supaya lekas jalan.

Selain itu, belum termasuk bayar sewa tanah tempat berlabuhnya kendaraan, satu unit kendaraan baik yang ada muatan maupun kosong, bayar 60 ribu per unit.

“Nah paling-paling bersihnya dari 300 ribu hanya 150 ribu aja, jadi orang tahunya 300 ribu mahal, padahal banyak juga potongannya,” cetus Rannisa.

Dia menambahkan, selama jalan masih belum bisa dilewati pihaknya terus berupaya membantu memberikan menyediakan kapal penyeberangan bagi kendaraan angkutan barang lintas provinsi agar arus distribusi pengiriman barang, khususnya logistik dapat berjalan lancar.

“Selama kita diminta membantu, kita siap,” tukasnya.(yon/sir)