Religi  

Tak Hanya di Jakarta, 22 Tahun Lalu Kerusuhan Mei juga Terjadi di Banjarmasin

CATATAN SEJARAH KORANBANJAR.NET – Keurusuhan Mei memakan korban tewas tak hanya terjadi di Jakarta, namun juga terjadi di Banjarmasin. Bahkan kerusuhan yang juga berlatar pemilu itu jauh terjadi lebih dulu dibanding di Jakarta.

Jurnalis KoranBanjar.Net – Penulis Koran Banjar Mencatat Sejarah edisi 22 Tahun Tragedi Jumat Kelabu, Agus Hasanudin, di kuburan massal Jumat Kelabu, Jalan A Yani Km 22, Gang PDI, Landasan Ulin, Banjarbaru. (foto: Agus Hasanudin 2019/koranbanjar.net)

Jika dihitung empat hari ke belakang, atau lebih tepatnya Kamis 23 Mei 2019, maka kini peristiwa sejarah kelam di Banjarmasin yang kemudian disebut Jumat Kelabu atau Jumat Membara itu genap 22 tahun menjadi kenangan yang takkan terlupa.

Betapa tidak, peristiwa kerusuhan yang terjadi pada Jumat 23 Mei 1997 itu, mengakibatkan ratusan korban tewas dan dilaporkan hilang hingga kini.

Meski laporan masing-masing pemberitaan pada media cetak lokal hingga media elektronik nasional maupun internasional pada saat itu beragam, namun rata-rata menyebut ada seratus lebih korban tewas (belum termasuk korban hilang) akibat kerusuhan terbesar sepanjang sejarah pemilu di zaman orde baru saat itu.

Ya, memang kerusuhan terkelam di Kota Banjarmasin itu terjadi pada hari terakhir masa kampanye pemilu anggota legislatif 1997, yang menjadi giliran kampanye Partai Golkar di Banjarmasin.

Karenanya banyak orang yang mengkaitkan terjadinya kerusuhan karena adanya “gesekan” antara massa pendukung Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan pendukung Partai Golkar, yang pada saat itu sedang melakukan aksi arak-arakan motor melewati Jalan Pangeran Samudera, saat jamaah Masjid Noor yang berada di jalan tersebut sedang berdoa usai salat Jumat. Masjid Noor saat itu disebut berada dalam kawasan basisnya PPP.

Kerusuhan Jumat kelabu berlanjut pada aksi penjarahan dan pembakaran sejumlah tempat ibadah (gereja dan tempekong), beberapa sekolah, kantor pemerintahan dan bank, bangunan pusat perbelanjaan, puluhan kendaraan (mobil dan motor), rumah, serta sejumlah bangunan lainnya, hingga malam hari. Penjarahan terbesar di antaranya terjadi di Plaza Mitra.

Selain itu, sebuah gedung di Jalan Lambung Mangkurat yang di dalamnya terdapat Plaza Junjung Buih, pertokoan, Bank Lippo dan Hotel Kalimantan, juga tak luput dari amukan massa. Gedung delapan lantai itupun akhirnya terbakar.

Keadaan makin mengkhawatirkan karena di Hotel Kalimantan waktu itu sedang berada sejumlah artis ibu kota, beberapa pejabat tersohor dari Jakarta hingga orang nomor satu di Kalsel pada waktu itu.

Disebutkan dalam Tempo (Siapa Tewas di Banjarmasin, Benarkah Semua Perusuh?), mereka merupakan rombongan kampanye pemilu yang kala itu memang diinapkan di Hotel Kalimantan. Bahkan di antara mereka ada Hasan Basri, Ketua Umum MUI Pusat saat itu. Sedangkan orang nomor satu di Kalsel pada saat itu tak lain adalah Gubernur Kalsel, Gusti Hasan Aman.

Mereka bisa saja menjadi korban kerusuhan atau mungkin ikut jadi bulan-bulanan massa jika kemudian tak sempat diselamatkan.

Namun begitu, hingga kini tak diketahui nasib para tamu hotel dan pengunjung Plaza Junjung Buih lainnya. Tempo menyebut banyak yang jatuh pingsan saat dilakukan penyelamatan. Namun di luar pemberitaan tersebut, masyarakat meyakini ada banyak korban tewas yang terkurung di dalam gedung itu.

Sehingga wajar saja jika gedung yang kini seluruh bangunannya menjadi eks Hotel A Banjarmasin itu kerap disebut angker. Cerita mistis di bangunannya pun semakin mencuat menjadi perbincangan sejumlah warga setelah hotel itu tutup sejak berberapa tahun lalu.

Bahkan, salah seorang siswi Sekolah Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Muslimah, sempat tak percaya hotel yang berdiri sejak 1990 itu kini sudah tutup.

“Ini hotelnya sudah tutup benaran apa enggak sih, karena setiap saya lewat ada selalu orang di jendela. Ada yang buka tutup gorden. Pikir positif aja sih malam itu, tapi gerbang di halamannya sudah ditutup,” ucap gadis belia 17 tahun itu kepada koranbanjar.net, belum lama tadi.

Halaman depan eks Hotel A Banjarmasin saat ini. (foto: Agus Hasanudin 2019/koranbanjar.net)

Keangkeran hotel yang bersebelahan dengan Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kalsel itu juga diakui Aan. Saat ditemui koranbanjar.net di tempatnya berjualan, pedagang minuman yang mengaku sudah 13 tahun berjualan di sekitar bangunan Hotel A, hingga kini masih sering melihat sosok penampakan di hotel tersebut pada sore hari.

Bahkan, diceritakannya, saat Hotel A masih buka, dia juga biasa mendengar langsung keluhan sejumlah tamu hotel.

“Dulu waktu hotel ini masih buka, banyak pelanggan hotel yang minum es di tempat saya. Mereka mengeluh karena sering mendengar suara-suara aneh dan melihat penampakan makhluk gaib di dalam hotel,” tuturnya.

Dulunya, kata pria berusia 45 tahun itu, sempat dibangun sebuah rumah sakit tepat di atas lahan eks Hotel A saat ini.

“Dulunya rumah sakit, lalu kemudian dibuat jadi mall (Plaza Junjung Buih). Hotel A ini sekarang tepat di atas mall dulu. Waktu hotelnya ini masih buka ramai sekali tamunya,” ungkapnya.

Meski sudah tutup, menurut Aan, gedung eks Hotel A hingga kini masih dijaga dua orang satpamnya.

“Satpamnya ada dua orang, Pak Herman dan Ilham. Shift mereka jaga bergantian sendiri-sendiri. Sekarang dalam lobby hotel sudah tergenang air setinggi dada orang dewasa, dan di atas bangunannya itu ada kolam renang yang sekarang sudah ditumbuhi rumput,” ucapnya.

Kendati sekarang seolah tak terurus lagi hingga disebut-sebut menjadi bangunan angker, namun Hotel A Banjarmasin sempat menjadi hotel mewah di zamannya.

Bahkan dari Hotel Kalimantan hingga berganti menjadi Hotel A, hotel berbintang empat ini termasuk salah satu primadona di Kota Banjarmasin bagi para pengunjung luar daerah di era 90an hingga 2000an.

Namun begitulah, setiap tempat dan waktu memiliki sejarah dengan ceritanya masing-masing. Meski kini sudah tutup, gedung eks Hotel A Banjarmasin tetap menjadi saksi bisu tragedi Jumat Kelabu, 22 tahun silam, yang disinyalir ada unsur pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di dalamnya. (*)

Ditulis Oleh             : Agus Hasanudin (Jurnalis KoranBanjar.Net)

Editor                       : Donny Irwan (Redaktur Pelaksana KoranBanjar.Net)

Didedikasikan         : Para korban dan keluarga Tragedi Jumat Kelabu